JAKARTA- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) siap kucurkan banyak uang untuk merealisasikan strategi baru. Maskapai penerbangan milik negara itu anggarkan dana mencapai Rp 5 triliun memangkas rencana kerja lima tahunannya untuk diterapkan tahun ini juga terutama penambahan armada sebagai aksi atas semakin sulitnya mencari pesawat baru.
Direktur Utama GIAA, Emirsyah Satar, mengatakan strategi ini akan mengoptimalkan dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) yang tersisa sebesar Rp 1,779 triliun per 31 Desember 2011. Kondisi pasar mengalami perubahan sehingga perseroan harus mengatur strategi baru.
"Rencana awal kita akan membeli pesawat dengan skema operating lease. Ini kita ubah dengan pesan langsung dari pabrik untuk kepastian delivery," ujarnya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di kantornya, Cengkareng, kemarin.
Garuda butuh varian pesawat yang lebih baik sesuai perkembangan teknologi ditambah dengan adanya pertumbuhan traffic dan pasar penerbangan yang dinilainya lebih baik dari perkiraan."Maka kita lakukan penambahan beberapa pesawat tipe tertentu," terusnya.
Perubahan itu terdiri atas Boeing 737-800NG dari sebelumnya butuh 10 unit tambahan menjadi 20 unit. Boeing 777-300ER tetap 10 unit atau pesawat sejenis lainnya. A330-200 dari sebelumnya 6 unit menjadi 24 unit atau Airbus family lainnya. Pesawat tipe narrow-body untuk Citilink dari sebelumnya 5 unit menjadi 25 unit. Pesawat tipe Sub-100 dari sebelumnya 5 unit menjadi 18 unit.
Direktur Keuangan GIAA, Elisa Lumbantoruan, menjelaskan dari total Rp 1,779 triliun dana IPO tersisa, sebesar Rp 1,397 triliun di antaranya akan dialokasikan untuk penambahan armada baru itu. Sisanya Rp 412 miliar untuk dana belanja modal (capital expendeture/capex).
Dana sebesar Rp 1,397 triliun itu kemudian digunakan untuk pre delivery payment (PDP) atas pesananan seluruh pesawat Garuda pada tahun ini juga."Intinya kami melakukan percepatan karena sebelumnya ini merupakan rencana kerja perseroan sampai 2015. Alasannya karena kami melihat kondisi pasar dan pertumbuhan pasar Garuda juga yang tumbuh lebih cepat. Ditambah lagi pesawat di pasaran sedang sulit,"jelasnya.
Maka dengan strategi percepatan ini Garuda meyakini lebih memiliki kepastian untuk mendapatkan pesawat jika dibandingkan dengan rencana sebelumnya. Selain itu juga bisa lebih mengoptimalkan penggunaan dana murah yaitu sisa dana hasil IPO jika dibandingkan dengan menyimpannya sebagai deposito sampai 2015 sementara untuk berbagai kebutuhan selama itu harus melakukan pinjaman perbankan.
"Maknanya bagi kami sebenarnya ada dua. Pertama aspek strategis yaitu tercapainya rencana kerja lima tahunan dalam waktu lebih cepat. Kedua, pendanaan dari pertumbuhan bisnis yang lebih murah karena dari hasil IPO. kalau dengan pinjaman bisa lebih mahal," paparnya.
Elisa menjelaskan, tahun ini memang Garuda akan mengeluarkan banyak dana secara total mencapai Rp 5 triliun. Sebesar Rp 3,6 triliun untuk penambahan armada dan Rp 1,4 triliun untuk capex. Maka, masih dibutuhkan tambahan dana sekitar Rp 2,3 triliun lagi untuk penambahan armada tersebut di luar dari Rp 1,397 triliun yang sudah tertutup dana hasil IPO. Sementara untuk capex, kekuarangannya mencapai Rp 1 triliun.
Perseroan memiliki free cash flow sebesar Rp 2,7 triliun pada akhir 2011 dan RUPSLB kemarin menyepakati izin pagu pinjaman senilai USD 200 juta. "Tetapi kami belum tentukan dari mana nanti pinjamannya," kata Elisa.
Strategi ini masih sesuai dengan prospektus saat penawaran umum agar mengalokasikan 80 persen dana IPO untuk pengembangan armada dan 20 persen sisanya untuk modal kerja. Meski waktunya mengalami perubahan, Elisa memastikan alokasi dana tetap akan direalisasikan sesuai rencana awal.(gen)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Citilink Tambah 21 Pilot Asing
Redaktur : Tim Redaksi