jpnn.com - jpnn.com - Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo menyebutkan, ada strategi khusus untuk mengantisipasi kondisi ekonomi yang kurang kondusif.
Yakni, mematok asumsi harga avtur USD 57 sen per liter.
BACA JUGA: STIP-Garuda Indonesia Jalin Kerjasama
Menurut Arif, perekonomian global yang belum sepenuhnya pulih pada 2017 sangat berdampak terhadap bisnis penerbangan.
’’Harga minyak menjadi faktor utama dalam konteks cost strategy karena berdampak langsung pada kinerja tahun ini,’’ katanya.
BACA JUGA: Garuda Segera Tambah Penerbangan ke Lombok
Untuk melindungi perseroan dari fluktuasi nilai tukar dalam transaksi pembayaran pinjaman perusahaan, Garuda melakukan lindung nilai (hedging).
Besaran lindung nilai oleh perseroan tidak disebutkan.
BACA JUGA: KPK Curigai Calo Suap Emirsyah Gelembungkan Harga Mesin
Namun, hedging mampu menjaga neraca keuangan perseroan dari efek negatif pelemahan rupiah.
Meski persaingan antarmaskapai cukup ketat, Garuda Indonesia menargetkan pertumbuhan kapasitas penumpang pada 2017 mencapai 8,7 persen.
Angka itu lebih tinggi jika dibandingkan dengan proyeksi pertumbuhan industri penerbangan yang hanya 6,9 persen.
Pertumbuhan itu dimanfaatkan perseroan untuk melakukan ekspansi ke pasar Tiongkok dan Timur Tengah, terutama rute-rute umrah.
Untuk rute domestik, Garuda bakal mencatat pertumbuhan sekitar 12 persen di wilayah timur dan di wilayah Barat sekitar 6,6 persen.
’’Jadi, pada 2017 kami sudah coba antisipasi peningkatan kapasitas ini harus diikuti dengan peningkatan pendapatan sekaligus tingkat keterisian yang lebih baik,’’ tutur mantan CEO Citilink tersebut.
Selain mematok harga avtur dan hedging, Garuda siap menggenjot layanan e-commerce untuk menunjang kinerja perseroan.
Pada era ekonomi digital, perusahaan harus menggali pendapatan dari sisi nonaviasi.
’’Kontribusi e-commerce kami targetkan terus tumbuh 30–40 persen. Semua kami benahi. Jangan sampai, sebagai airline, kami tertinggal dari perusahaan penerbangan lain,’’ tegasnya. (dee/c14/noe)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Hati-Hati, Kejadian 2012 Ketemunya Sekarang
Redaktur & Reporter : Ragil