jpnn.com, MEDAN - Sales Executive LPG II Sumbagut Ahmad Yudistira mengatakan penyebab langkanya gas 3 kilogram di Medan dan sekitarnya bukan karena minimnya stok.
Namun, penyebabnya adalah lebih banyak warga mampu dengan daya beli tinggi yang memakainya.
BACA JUGA: Tol Kualanamu-Sei Rampah Terpanjang di Luar Pulau Jawa
"Pertamina telah mendistribusikan elpiji 3 kg di wilayah Sumatera Utara hingga September 2017 berjumlah 255.657 metric ton atau sekitar 85 juta tabung.
“Jumlah ini telah melebihi 1 persen dari kuota yang ditetapkan hingga September yaitu 254.033 metric ton atau sekitar 84,6 juta tabung," kata Ahmad seperti dilansir Sumut Pos (Jawa Pos Group) hari ini.
BACA JUGA: Terungkap! Ternyata Ini Penyebab Gas 3 Kg Langka di Medan
Diungkapkan Ahmad, untuk teknis penyaluran program pemerintah, data warga miskin akan disesuaikan dengan data dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Pusat.
Data tersebut juga disesuaikan dengan penerima listrik Rumah Tangga Mampu (RTM).
BACA JUGA: Ini Penjelasan Pertamina Soal Gas 3 Kg Langka di Medan
"Coba bayangkan, masyarakat dengan kemampuan ekonominya bisa membeli tiga atau empat tabung 3 kg, sekaligus untuk keperluan di rumahnya seperti water heater, memasak dan lainnya.
“Sementara, jika yang mampu itu semua beli 3 kg, maka kuota terus berkurang dan alhasil warga benar-benar miskin tidak dapat membeli karena stok habis. Jadi, nantinya hanya yang benar-benar miskin sesuai data TNP2K itu yang menerima elpiji 3 kg," imbuhnya.
Terpisah, pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin mendukung diaturnya penyaluran gas bersubsidi. Meski begitu, pemerintah harus jelas dan tegas dalam menetapkan siapa yang berhak menerimanya. Jangan ada lagi masyarakat yang dinilai tidak layak namun justru mendapatkannya.
"Program pemerintah ini belum tentu tepat sasaran 100 persen. Namun, paling tidak error penyalurannya tak terlalu banyak. Artinya, bisa ditekan di bawah 5 persen. Sebab, tidak ada yang bisa menggaransi bahwa penyalurannya tepat sasaran," kata Gunawan.
Menurut dia, bentuk kecurangan dalam membeli elpiji bersubsidi tetap ada. Seperti memanfaatkan kartu layak pembeli subsidi oleh oknum tertentu yang seharusnya tidak mendapatkan hak membeli.
Demikian halnya dengan pelaku UKM, tambah Gunawan, harus dijelaskan dan benar-benar tepat sasaran. Skala bisnis UKM itu perlu dijelaskan secara rinci. Jangan sampai diselewengkan, di mana ada industri yang tidak layak mendapatkan subsidi namun justru menikmatinya. (ris/adz)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lagi, Gas Elpiji 3 Kilogram Langka di Medan
Redaktur & Reporter : Budi