jpnn.com, JAKARTA - Eks Sekretaris Bantuan Hukum DPP FPI Aziz Yanuar menanggapi polemik pernyataan Gatot Nurmantyo yang menuding TNI sudah disusupi oleh PKI menyusul hilangnya sebagian diorama peristiwa penumpasan G30S/PKI di Museum Darma Bhakti Kostrad.
Tudingan mantan panglima TNI itu diklarifikasi oleh Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman yang menyatakan memang ada tiga patung hilang dalam diorama Itu.
BACA JUGA: Legislator PKS Ini Dorong TVRI Putar Film G30S PKI
Namun, tiga patung tersebut tidak dihilangkan TNI secara sengaja.
Adapun tiga patung itu yang hilang yaitu menggambarkan Jenderal TNI AH Nasution (Menko KSAB), Mayjen TNI Soeharto (Panglima Kostrad), dan Kolonel Inf Sarwo Edhie Wibowo (Komandan RPKAD).
BACA JUGA: Agenda Pertama Ormas Perisai Bangsa Nobar G30S PKI, Hmm, Mencurigakan
Menurut Dudung, patung tersebut diambil oleh penggagasnya yaitu Letjen TNI (Purn) AY Nasution.
Menanggapi itu, Aziz Yanuar mengaku tidak berhak mengomentari ihwal tudingan Gatot Nurmantyo tersebut.
BACA JUGA: Gatot Nurmantyo Vs Letjen Dudung soal Hilangnya Patung Penumpasan G30S/PKI, Prabowo Diminta Bicara
Kendati demikian, dia meyakini Gatot lebih mengetahui apa yang dituduhkannya tersebut.
"Beliau insyaallah lebih mengetahui daripada kami," kata Aziz melalui pesan singkat kepada JPNN.com, Selasa (28/9).
Pria kelahiran 7 Januari 1983 itu mengaku sebagai masyarakat menolak berbagai upaya mengaburkan sejarah keji PKI.
"Kami masyarakat sangat menolak dan menyayangkan berbagai upaya mengaburkan sejarah keji PKI," ujar Aziz.
Sebaliknya, kuasa hukum Habib Rizieq Shihab itu mendukung berbagai pihak yang menyerukan kewaspadaan bangkitnya komunisme, marxisme, dan paham yang beridentik dengan PKI.
"Kami selalu mendukung kewaspadaan daripada bangkitnya komunis, marxisme dan tentu saja PKI serta yang identik maupun serupa dengan mereka itu sebagaimana amanat konstitusi," kata Aziz.
Dia memastikan Pancasila harga mati dan PKI tetap mati.
"Pancasila harga mati, PKI tetap mati," kata Aziz Yanuar. (cr3/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur : Natalia
Reporter : Fransiskus Adryanto Pratama