jpnn.com - JAKARTA - Warga di wilayah Jakarta, Bandung, dan Banten harus siap-siap menahan diri tak bisa makan daging sapi selama empat hari. Ini menyusul mogok jualan para pedagang dari Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) di wilayah itu sejak Sabtu (9/8) hingga Rabu lusa (12/8).
Aksi yang sama disiapkan pedagang daging di Jawa Timur (Jatim) jika masalah kelangkaan pasokan tidak kunjung teratasi.
BACA JUGA: Awas Jokowi! Agen Neolib Menyusup saat Reshuffle
Ketua Umum APDI Asnawi mengatakan, aksi menolak berjualan tersebut disebabkan pedagang sudah tidak tahan dengan kenaikan harga daging di tempat pemotongan hewan atau jagal sebesar Rp 2.000 hingga Rp 4.000 per kilogram (kg).
Sementara itu, harga jual selama ini tidak bisa naik lagi karena telah mencapai di atas Rp 120 ribu per kg. ”Sebagai pedagang, kami sah saja juga ikut menjual mahal sampai Rp 130 ribu per kilo, namun risikonya tidak akan laku. Sedangkan kalau menahan harga, untungnya sedikit sekali,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (9/8).
BACA JUGA: Alhamdulillah, Anak-Anak di Panti Asuhan Juga Bisa Dapatkan KIS dan KIP
Dengan aksi mogok serentak, Asnawi meminta pemerintah segera mengambil sikap untuk mengatasi persoalan tersebut. Menurut dia, pemerintah dan semua pihak harus duduk bersama serta menghitung ulang kebutuhan dan ketersediaan pasokan sapi nasional. Sebab, berita yang ada masih simpang siur antara kesiapan peternakan lokal dan kenyataan di lapangan. ”Kalau memang pasokan daging kurang, bisa dibuka kembali impor,” tuturnya.
Menurut Asnawi, harga jual daging sapi di pasaran cenderung terus naik setelah pemerintah mengumumkan hanya akan mengimpor 50 ribu sapi di kuartal/triwulan III tahun ini (data di grafis). Menurut APDI, pemberian izin impor 50 ribu ekor sapi itu sangat jauh dari kebutuhan. Sebelumnya importer mengajukan kuota impor 250 ribu ekor. ”Kami berharap demo ini bisa membuat pemerintah mengubah kebijakannya,” ujar dia.
BACA JUGA: Gelak Tawa Marinir TNI dan Marinir AS di Sela Latihan Perang
Berdasarkan pantauan Jawa Pos, aksi mogok pedagang kemarin terjadi di hampir seluruh wilayah Jabodetabek, terutama di kota-kota besar di Jawa Barat dan Banten. Di pusat penjualan daging Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, suasana kios daging terpantau sepi. Tak ada tanda-tanda kegiatan jual beli. Beberapa pedagang terlihat hanya duduk-duduk di sekitar kios mereka berjualan. Lapak-lapak penjual daging yang biasanya ramai pada akhir pekan terlihat bersih. Jika ada daging yang dijual, jenisnya adalah daging sapi keras dan sudah tak segar. ”Tak ada pasokan baru,” ujar Aminah, salah seorang pedagang di sana.
Pemandangan serupa terlihat di Pasar Anyar Kota Bogor. Meja tempat berjualan bersih dari daging. Para pedagang lebih memilih bersantai di kios-kios miliknya. Hendrawan, 37, pedagang di pasar itu, menyatakan sudah menerima surat selebaran dari APDI sewilayah Jabodetabek bahwa selama empat hari pedagang diimbau tidak berjualan daging. ”Jelas kami mendukung. Sebab, harga daging sejak Lebaran tidak turun di kisaran Rp 120.000 hingga Rp 130.000 per kilogram,” ucapnya.
Bukan hanya pasar daging, pemotongan hewan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Kota Bogor juga diliburkan menyusul pedagang daging sapi mogok berjualan. Kepala RPH Arif Mukti mengatakan, aktivitas pemotongan diliburkan terhitung mulai kemarin hingga Rabu lusa. ”Selama empat hari, mulai hari ini (kemarin) pukul 12.00 WIB hingga tiga hari ke depan, di RPH tidak ada aktivitas pemotongan. Hal tersebut menyusul aksi mogok para pedang daging,” terang Arif.
Bagaimana pedagang sapi di Jatim? Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar Jatim Muthowif menyatakan belum menempuh langkah mogok seperti yang dilakukan di berbagai daerah. Pihaknya masih melakukan koordinasi dengan sejumlah pedagang dan jagal di Jatim, di antaranya di Malang Raya, Kota/Kabupaten Pasuruan, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, dan Lamongan. ”Intinya, kami ingin satu suara bahwa mencari sapi itu susah,” ujar dia kemarin.
Selain itu, pihaknya masih memantau kondisi di lapangan hingga satu minggu ke depan. ”Kami tidak bisa membiarkan seperti ini terus. Kalau memang itu berlarut-larut hingga minggu depan, bukan tidak mungkin kami menempuh langkah yang sama (mogok, Red),” tegas Muthowif.
Tercatat, rata-rata harga daging sapi di Jatim Rp 100.000 per kg. ”Wajar saja harga daging di Jakarta bisa mencapai Rp 120.000 hingga Rp 130.000 per kilo. Karena salah satunya mereka ambil dari Jatim. Selain harga feedloter sudah tinggi, ditambah dengan ongkos angkut,” lanjutnya.
Waktu sepekan ke depan akan dimanfaatkan untuk berkoordinasi, salah satunya dengan pemprov. Menurut Muthowif, pemprov harus mengeluarkan kebijakan pelarangan pengiriman sapi ke luar Jatim. ”Estimasi sekarang, sekitar 30 persen dikirim ke luar Jatim. Sementara persoalannya, tidak ada kepastian mengenai jumlah sapi di Jatim,” lanjutnya.
Pemogokan para pedagang daging sapi juga berdampak pada warung-warung masakan Padang. Rendang, menu andalan di rumah makan Padang yang menggunakan daging sapi, terancam menghilang. ”Kalau hari ini sih saya masih dapat di Pasar Citayam. Tapi, besok nggak tahu deh kalau pedagang mogok semua,” kata Ira, pemilik rumah makan Padang di Jalan Raya Citayam, Depok, kemarin.
Ira menambahkan, sejak Lebaran lalu harga daging sapi melonjak tajam. Di Pasar Citayam dia harus membeli daging sapi dengan harga Rp 140.000 per kg saat Lebaran. Kini harga daging sapi tak jauh berbeda, masih jauh di atas harga normal Rp 90.000–100.000 per kg.
Jika hari ini para pedagang masih mogok, Ira pun hanya bisa pasrah rendang yang menjadi andalan warung nasi Padangnya terancam tidak bisa disajikan. ”Nggak tahu lah mau bagaimana. Kalau nggak ada ya sudah,” ujarnya. (wir/gen/res/c9/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ciuman Romantis Gus Dur di Becak saat Gerimis
Redaktur : Tim Redaksi