jpnn.com - MADIUN - Kabupaten Madiun, Jawa Timur menjadi salah satu wilayah yang paling merasakan dampak kemarau panjang dan kekerngan. Kekeringan pun memicu krisis air bersih di beberapa lokasi di Madiun. Bahkan, Waduk Notopuro di Desa Duren, Kecamatan Pilangkenceng, saat ini kering kerontang.
Kondisi waduk itu mencemaskan. Sejumlah bangkai ikan yang mengering terlihat di hamparan tanah dasar waduk yang merekah.
BACA JUGA: Tuhan Turun Tangan, Kualitas Udara di Kota yang Tertutup Asap Membaik
''(Waduk Notopuro) ini kering sejak akhir Juni,'' tutur Hani, seorang warga desa setempat, kemarin (31/10).
Dia mengungkapkan, setiap musim kemarau, air waduk selalu mengering. Namun, dia menyebut kali ini merupakan yang terparah.
BACA JUGA: Rumah Terbakar, Rugi Ratusan Juta
"Dulu tidak pernah sekering ini. Saat kemarau sebelumnya, masih ada air meski sedikit,'' ujarnya. Saat ini warga memanfaatkan sumur yang dibangun lewat proyek pengembangan air tanah (P2AT).
Saripin, salah seorang petani, menuturkan, sebagian besar petani menggunakan air dari Waduk Notopuro. Namun, saat debit air berkurang, petani memakai sumur P2AT yang dibangun pada 1985. ''Sumur itu menjadi alternatif untuk pengairan sawah,'' jelas Saripin.
BACA JUGA: Begini Cara PN Mungkid Bikin Pelajar Magelang Melek Hukum
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun mengantisipasi kekeringan. Pemkab Madiun menyiapkan dana taktis Rp 1,25 miliar. ''Sewaktu-waktu jika dibutuhkan droping air bersih, kami siap,'' kata Kepala BPBD Kabupaten Madiun Edy Hariyanto. (mg4/fin/sat/c23/dwi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Miris! Warga Daerah Ini Harus Jalan 3 Kilometer Demi Air
Redaktur : Tim Redaksi