Gawat! Penangkapan Profesor Australia Bisa Merusak Hubungan Dua Negara

Jumat, 12 Februari 2021 – 15:10 WIB
Pengunjuk rasa menggelar aksi protes terhadap kudeta militer di Kota Yangon, Myanmar, Sabtu (6/2/2021). Mereka menuntut pembebasan pemimpin terpilih Myanmar Aung San Suu Kyi. Foto: ANTARA /REUTERS/Stringer/wsj

jpnn.com, MYANMAR - Penangkapan seorang profesor warga negara Australia yang dilakukan pemerintahan kudeta Myanmar berpotensi merusak hubungan bilateral kedua negara.

Hal ini diungkapkan oleh pengamat hukum internasional, Profesor Hikmahanto Juwana. Diketahui warga negara Australia yang ditangkap merupakan penasihat Aung San Suu Kyi dalam pengambilan kebijakan ekonomi Myanmar beberapa tahun terakhir.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ustaz Maaher Berkomunikasi dengan Rizieq, Janji Moeldoko, Panglima TNI Perintah Bombardir

Pengamat hukum internasional sekaligus rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani, Profesor Hikmahanto Juwana mengatakan penangkapan tersebut bisa berdampak pada hubungan bilateral kedua negara.

Prof Hikmahanto memperkirakan tindakan yang akan dilakukan oleh pemerintah Australia terhadap penangkapan penasihat Aung San Suu Kyi tergantung pada dasar penangkapan tersebut.

BACA JUGA: Pernyataan Terbaru Amerika soal Kudeta Myanmar, Rezim Militer Sebaiknya Bersiap

"Memastikan apa dasar penangkapan ini. Apakah memang dasarnya bisa diterima dengan akal sehat dan berdasarkan aturan aturan yang ada di Myanmar atau penangkapan ini dilakukan secara tidak berdasar," jelas Profesor Hikmahanto, Jumat, (12/2).

Profesor Hikmahanto menambahkan pemerintah Australia tentu akan menyerukan kepada dunia terkait sanksi yang harus diberikan kepada pemerintah kudeta Myanmar, jika penangkapan tersebut dilakukan tanpa dasar.

BACA JUGA: Paus Fransiskus Kembali Singgung Kudeta Myanmar, Kata-katanya Makin Tegas dan Keras

"Reaksi ini akan dimunculkan di berbagai forum yang intinya untuk menyerukan masyarakat internasional untuk melakukan embargo atau sanksi atau isolasi terhadap Myanmar," lanjut pria berusia 55 tahun.

Hikmahanto juga menjelaskan hal tersebut tidak menutup kemungkinan akan ikut berdampak pada hubungan bilateral antara Myanmar dan beberapa negara lain yang ikut mengecam aksi kudeta tersebut. (mcr8/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler