jpnn.com - JAKARTA – Kesalahan Gubernur Sumut Syamsul Arifin saat upacara peringatan HUT ke 63 Kemerdekaan RI di lapangan Merdeka, Medan, Minggu (17/8), mendapat tanggapan beragamInti tanggapan hampir seragam, yakni boleh-boleh saja Syamsul bertahan dengan gaya kocaknya sebagai bagian dari style pribadinya
BACA JUGA: Beratraksi Didepan Presiden Tiga Menit
Namun, mestinya dia tahu kapan bersikap serius dan kapan memunculkan gaya khasnya
Juru Bicara Depdagri Saut Situmorang menilai,’kecelakaan’ tersebut mudah-mudahan tidak terulang lagi di masa mendatang
BACA JUGA: KPK Bantah Terima Mobil Condro
Dia tidak menyalahkan gaya Syamsul yang tampak berbeda dengan pejabat lainnya tapi sangat dekat dengan masyarakatnyaBACA JUGA: SBY Belum Berani Gendong Cucu
Pria asal Harian Boho (Samosir) itu menjelaskan maksud keterangannya tersebutYakni bahwa pada saat penyerahan bendera dan pada saat prosesi-prosesi penting di rangkaian upacara itu, Syamsul tetap harus serius“Nah, kalau ingin agak rileks dan memunculkan style pribadinya, kan bisa diselipkan pada saat memberikan pidato,” kata Saut
Saut menjelaskan, pembuatan aturan-aturan keprotokoleran, sebenarnya punya maksud atau tujuan tertentuSudah pasti, aturan protokoler, seperti ikut dalam gladi resik upacara, diperlukan agar dalam prosesnya nanti bisa berjalan lancar dan lebih khidmat lagi
Seperti diberitakan, pada saat upacara itu, Syamsul melakukan kesalahan saat penyerahan bendera pusaka ke Dewi Roma Widya, pengibar bendera pusakaSyamsul bukannya menyerahkan benderanya saja, tapi sekaligus kotak tempat ditaruhnya bendera ituDewi memberanikan diri untuk langsung mengingatkan Syamsul agar benderanya saja yang diserahkanSyamsul baru paham maksud Dewi setelah diingatkan sebanyak tiga kaliPara peserta upacara dan masyarakat yang menonton upacara, tertawa terpingkal-pingkal(sam)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 2009, Deviden Ditarget Rp39 T
Redaktur : Tim Redaksi