jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Adi Prayitno menilai, gaya politik yang diperlihatkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan selama ini sulit terbaca.
Dia mengatakan suasana hati Anies cenderung sulit dibaca saat sedang senang, bahagia maupun marah.
BACA JUGA: Berbaju Merah Menyala, Anies Baswedan Ucapkan Selamat Imlek di Wihara
Dia membandingkan pola Anies sangat berbeda denga gaya politik Presiden Amerika Donald Trump.
Presiden Trump, cenderung berapi-api dan kerap menyerang secara langsung pihak yang dianggap berseberangan dengannya atau merundungnya.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Ramai-Ramai Bela Nasib Honorer Hingga Anies Baswedan vs Ahok
"Anies ini susah ditebak suasana hatinya kapan senang, kapan bahagia, kapan marah. Landai-landai saja. Dia senang bermain di wilayah nyaman. Sangat berbeda dengan Donald Trump yang senang 'perang' terbuka. Bisa dilihat dari kicauan-kicauan Trump selama ini," ujar Adi kepada jpnn.com, Sabtu (25/1).
Menurut direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia ini, Anies juga cenderung tak mau konfrontatif dengan pihak-pihak yang aktif menyerangnya.
BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: Jangan Siksa Honorer Lagi Hingga Revitalisasi Monas Panas
"Misalnya dikatain soal banjir, dia (Anies) malah berseloroh anak kecil senang bermain dengan banjir. Jadi, Anies itu kesannya memainkan peran menghadapi masalah dengan menghindari masalah," ucapnya.
Meski demikian, dosen di Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah ini meyakini ada pihak tertentu di belakang Anies yang memainkan peran besar.
Paling tidak para pendukungnya, yang menginginkan mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu maju sebagai kandidat presiden di Pilpres 2024.
"Jadi, pihak-pihak itu (pendukung Anies) membangun opini. Misalnya, membuat narasi seolah-olah Anies dizalimi. Contoh, membangun narasi Anies sudah maksimal bekerja, tetapi selalu dinilai salah di mata pembencinya," ucap Adi.
Adi menyebut gaya politik Anies sangat khas. Belum pernah ada tokoh politik yang memainkan pola seperti yang diperlihatkan Anies selama ini.
"Ini memang khasnya dia. Ketika di-bully enggak pernah melawan, tetapi ada pihak lain yang mengelola bully-an itu menjadi simpati," pungkas Adi.(gir/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang