Gegara Orang Gila, Prisia Nasution Bikin Kopi Panas

Sabtu, 21 September 2019 – 19:00 WIB
Prisia Nasution saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat. Foto: Djainab Natalia Saroh/jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Aktris Prisia Nasution ternyata sangat peduli dengan lingkungan dan kesehatan jiwa. Kepeduliannya itu yang membuat dia mendirikan Kopi Panas Foundation.

Dia menceritakan, Kopi Panas itu didirikan tanpa sengaja. Berawal saat dia dan kakaknya ke Bandung. Saat itu, mereka melihat orang gila yang rambutnya panjang sampai di bokong dan pakaiannya sangat minim.

BACA JUGA: Lagi Galau, Prisia Nasution: Bantu Jawab dong Please

Dari penampilan orang gila itu, Prisia menilai sakit jiwa yang diderita sudah lama. "Aku disuruh kakakku berhenti dan ingin memberinya uang. Namun, dipikir-pikir apa orang itu tahu duit ya dan bukannya malah membuat nyawanya terancam karena uangnya bisa dirampas orang," tutur Prisia Nasution dalam diskusi bertajuk #1 Jakarta Mental Health Convention yang dibesut Badan Kesehatan Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia) bersama GE Volunteers dan Kopi Panas Foundation yang dibesut Badan Kesehatan Jiwa Indonesia (Bakeswa Indonesia) bersama GE Volunteers dan Kopi Panas Foundation di Jakarta, Sabtu (21/9).

Dia kemudian mencari panti bagi gangguan jiwa tapi sulit ditemukan. Akhirnya dengan dibantu para pegiat kesehatan jiwa dan komunitas lingkungan, Prisia pun mendirikan Kopi Panas Foundation.

BACA JUGA: Prisia Nasution: Kenapa Takut Bicarakan Ideologi Negara?

"Kami menyoroti upaya rehabilitatif yang sampai saat ini belum ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Sosial. Pendirian lembaga inipun bukan hanya sebagai pusat pembelajaran dan simpul gerakan sosial serta lingkungan. Kami juga menyalurkan bantuan pada lembaga dan individu yang berkomitmen dalam isu sosial dan lingkungan tetapi juga untuk mengupayakan peningkatan kesadaran publik," bebernya.

Setelah terjun langsung untuk melihat lebih dalam mengenai isu ini, Prisia dan timnya menemukan hasil yang sangat memprihatinkan.

“Orang dengan gangguan jiwa jumlahnya sangat tinggi dan terus meningkat setiap tahun. Namun, kehadiran tempat dan badan yang menaungi isu ini jumlahnya tidak seimbang. Ditambah lagi, stigma negatif mengenai gangguan jiwa, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan jiwa yang masih sangat minim, bahkan kesehatan jiwa milik mereka sendiri," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler