Gejala Covid-19 Anosmia Jangan Dianggap Sepele, Bisa Fatal!

Rabu, 18 Agustus 2021 – 07:51 WIB
Berdasarkan beberapa penelitian, infeksi Covid-19 tidak hanya menyerang saluran pernapasan, tetapi saraf. Ilustrasi tes usap: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Berdasarkan beberapa penelitian, gejala infeksi Covid-19 tidak hanya menyerang saluran pernapasan.

Namun, juga dapat berdampak negatif terhadap saraf dan otak.

BACA JUGA: Dokter Tirta Berbagi Tips Menyembuhkan Anosmia Covid-19

Sebuah penelitian di Meksiko menunjukkan dari 370 pasien yang dirawat, sekitar 20 persen mengalami gejala neurologis seperti sakit kepala, anosmia, ageusia, dan gangguan lainnya.

Selain itu, penelitian dari Oxford memperlihatkan, dari 236.379 pasien yang didiagnosis Covid-19, sebanyak 33,62 persennya mengalami gangguan neurologis dan psikiatris dalam enam bulan setelahnya.

BACA JUGA: Jangan Sepelekan Khasiat Lidah Buaya untuk Masalah Kulit, Dahsyat dan Murah

Dokter spesialis saraf sekaligus Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUI, dr. Ramdinal Aviesena Zairinal, Sp.S menjelaskan secara langsung virus SARS-CoV-2 bisa berada pada ujung-ujung saraf, misalnya saraf pada hidung, lidah, paru-paru, usus, lalu ke otak.

Pada jalur yang tidak langsung, saraf bisa terkena akibat respons tubuh melawan virus.

"Secara khusus pada saraf, virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 bisa mengenai daerah itu secara langsung dan tak langsung. Virus di dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh dan bisa masuk ke otak," ujar DR. Ramdinal.

Dia mengatakan pada kondisi awal, gangguan saraf bisa berupa sakit kepala, gangguan penciuman, dan pengecapan. Sementara pada kondisi lanjut, gangguan saraf bisa berupa stroke, penurunan kesadaran, dan kejang.

Oleh karena itu, menurut Ramdinal, pasien perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.

Menurutnya, berdasarkan penelitian tim terkait gangguan saraf pada penderita Covid-19 di RSUI dan RSCM ditemukan bahwa dari 227 pasien, terdapat beberapa pasien yang mengalami gangguan saraf dengan gejala.

"Antara lain, penurunan kesadaran (59 kasus), stroke (58 kasus), pingsan (46 kasus), kejang (28 kasus), sakit kepala (22 kasus), infeksi otak (16 kasus), serta gangguan penciuman atau pengecapan (8 kasus)," kata dia.

Sementara, lanjut Ramdinal, untuk angka kematian selama perawatan di rumah sakit yakni sebesar 48,5 persen atau 110 dari 227 pasien.

Hal ini karena pasien yang dirawat kebanyakan bergejala berat dan juga memiliki gangguan saraf berat.

Sebenarnya, bukan hanya Covid-19, yang menjadi faktor risiko gangguan kognitif. Gaya hidup tak sehat seperti kurang berolahraga, makan makanan yang tidak bergizi seimbang, mengonsumsi alkohol dan merokok juga bisa menjadi penyebab masalah ini.

"Di samping itu, ada faktor risiko lain yakni memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya terutama berhubungan dengan otak, diabetes, kelainan pembuluh darah, kolesterol tinggi, serta tekanan darah tinggi," tegas Ramdinal. (antara/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler