Gelar Capgome, Charles Nova Ajak Masyarakat Jaga Persaudaraan

Minggu, 05 Februari 2023 – 21:10 WIB
Bendahara DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta Charles Nova menggagas penyelenggaraan Festival Capgome Nusantara bertajuk “Perteguh Toleransi, Rekatkan Persatuan, Menjadi Berkah untuk Masyarakat” di Jalan Mangga Besar V Gang Belimbing, Tamansari, Jakarta Barat pada Sabtu (4/2/2023). Foto: Dok. TMP DKI Jakarta

jpnn.com, JAKARTA - Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta menggelar Festival Cap Go Meh Nusantara bertajuk “Perteguh Toleransi, Rekatkan Persatuan, Menjadi Berkah untuk Masyarakat” di Jalan Mangga Besar V Gang Belimbing, Tamansari, Jakarta Barat pada Sabtu (4/2/2023).

Acara yang digagas oleh Bendahara DPD Taruna Merah Putih Provinsi DKI Jakarta Charles Nova yang dihadiri ribuan warga itu dikemas dengan berbagai atraksi budaya dan pertunjukan tari tradisional seperti Barongsai, Seni Bela Diri Wingchun, tarian Dayak hingga hiburan musik bagi warga.

BACA JUGA: Moeldoko: Festival Cap Go Meh Singkawang Harus menjadi Perhatian Dunia Internasional

Charles Nova dalam sambutannya mengenang bagaimana peristiwa 98 kelabu yang menyimpan luka mendalam bagi warga dan etnis Tionghoa di Jakarta Barat.

Dia juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang kala itu melindungi etnis Tionghoa termasuk rumahnya yang saat itu turut dijaga oleh kerabat dan tetangga.

BACA JUGA: Prajurit TNI Unjuk Kebolehan Bermain Drum Band Memeriahkan Cap Go Meh

Hal ini bagi Charles merupakan peristiwa yang perlu direfleksikan agar tidak terulang lagi dan berdampak buruk yang merongrong nilai persatuan dan kesatuan.

“Di kampung saya, Gang Blimbing ini di Taman Sari, jadi bukti tragedi 98 yang begitu pelik, saat peristiwa kelabu itu terjadi, kami dilindungi warga dan saudara di sini. Maka, agenda ini saya gagas agar kita mengenang sejarah sekaligus merayakan keberagaman dan kebinekaan perlu dirayakan dalam hidup berbangsa dan bernegara," ujar Charles.

BACA JUGA: Perayaan Cap Go Meh di Padang Digelar Terbatas, Cuma 2 Atraksi

Charles juga menegaskan keragaman budaya Indonesia perlu melestarikan agar generasi penerus dapat mengerti keberagaman Indonesia, khusunya generasi muda di Taman Sari.

“Berkaca dari peristiwa tragis masa lalu, kita patut bersyukur bahwa Pancasila tegak berdiri di Republik ini. Jadi, perdebatan soal ideologi bangsa sudah clear. Kita hanya perlu menjadi warga yang solid, warga Pancasila yang bersatu menentang narasi-narasi kebencian dan menciptakan hidup yang rukun dan damai,” ujar Charles.

Menurut Charles, sebagai warga negara, hendaknya nilai gotong-royong dan persaudaraan perlu diterjemahkan dalam wujud nyata.

“Untuk diketahui, saya selaku seorang pengusaha dari etnis Tionghoa, saat ini sudah memperkerjakan beberapa tetangga saya dan jika diberi kesempatan saya bisa berbuat banyak dan membantu lebih banyak lagi," ujar Charles.

Menurut dia, narasi kebencian dan hoaks yang dibangun untuk menyudutkan etnis Tionghoa di Indonesia perlu dinetralisir, karena etnis Tionghoa juga memiliki peran penting serta mengharumkan nama Indonesia.

“Tionghoa lain seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti dan Rudy Hartono membawa nama harum Indonesia, menangis terharu dan bangga begitu bendera Indonesia dikibarkan,” kata Charles.

Oleh karena itu, menurut Charles, terkadang dirinya merasa sedih melihat fenomena politik identitas yang ditampilkan belakangan ini hingga merusak nilai toleransi di tanah air.

Lebih lanjut, Charles mengingatkan agar setiap warga merefleksikan pesan Bung Karno di mana perjuangan para founding fathers terdahulu dengan situasi kebangsaan.

"Bung Karno mengatakan Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. Ini fenomena yang terjadi saat ini. Tanpa kita sadari, kita terjebak dalam narasi-narasi intoleransi dan kebencian yang diciptakan oleh sesama anak bangsa.,” ujar Charles.

Charles mengajak agar momentum ini dapat mempertegas persatuan dan kesatuan.

“Mari menjadi warga dan pemuda pelopor bukan pelapor,” tegas Charles.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen DPP Taruna Merah Putih Restu Hapsari menyatakan bahwa Cap Go Meh yang merupakan hari penutupan Perayaan Hari Raya Imlek dan ini tradisi dari etnis Tionghoa yang harus terus menjadi kebanggaan warga negara Indonesia.

“Setelah tahun 2000 pada masa Presiden Gus Dur saat Perayaan Imlek 2551, Imlek boleh dirayakan lagi dan diteruskan pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri hingga sekarang di masa Presiden Jokowi,” kata Restu Hapsari.

Restu mengatakan para pemimpin bangsa selalu hadir dalam perayaan Imlek.

Dia menyebut acara Cap Go Meh yang merupakan penutupan Imlek di hari ke-15 menjadi tradisi tahunan yang selalu dirayakan denga pesta rakyat.

“Dan, Taruna Merah Putih hadir bersama warga turut merayakan Cap Go Meh bersama warga Tionghoa dan segenap warga di Tamansari ini,” ungkap Restu.

Menurut Restu, kader-kader Taruna Merah Putih harus selalu turun dan hadir bersama warga masyarakat sehingga acara-acara perayaan hari besar agama-agama dan juga hari besar nasional lainnya menjadi salah satu cara bagi Taruna Merah Putih sebagai organisasi sayap partai PDI Perjuangan terlibat terus bersama rakyat.

“Kader-kader Taruna Merah Putih harus terus menyapa rakyat dan mengajak rakyat mencintai terus Indonesia. Tradisi Cap Go Meh menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus terus kita rayakan bersama-sama,” ujar Restu.

Selain dihadiri warga, perayaan Cap Go Meh Nusantara 2023 ini juga dihadiri oleh Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta Bidang PORA William Yani Wea, Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Barat Lauw Siegvrieda, Sekjen DPP Taruna Merah Putih Restu Hapsari, dan Ketua DPD Taruna Merah Putih DKI Jakarta Brando Susanto.(fri/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler