Gelombang Tinggi Capai 7 Meter

Jumat, 16 Maret 2012 – 12:27 WIB

PANGANDARAN--Nelayan penangkap ikan tuna kabur menghindari badai di perairan selatan Jawa. Empat kapal berjenis longline asal Cilacap, Jawa Tengah terpaksa berlindung di Pantai Timur Pangandaran, Ciamis. Berdasarkan informasi dari awak kapal berkapasitas mesin di atas 30 GT itu, di tengah lautâ yang berjarak ratusan mil dari pantai-- ombak mencapai tujuh meter.

"Hampir semua kapal sekarang menepi. Termasuk kami juga terpaksa balik arah karena gelombang tinggi mencapai tujuh meter," tutur Slamet (42), kapten kapal longline Garuda Jaya asal Cilacap saat ditemui Radar (Group JPNN) ketika sedang membuang jangkar di kawasan perairan Pantai Timur, Kamis (15/3).

Slamet menuturkan, gelombang tinggi terjadi dalam sepekan terakhir dan hampir merata di perairan selatan Jawa.  Malah, selama tiga pekan melaut, ia bersama 10 anak buah kapal mengaku hanya dua hari menangkap ikan.

"Kami kesulitan operasi (penangkapan ikan) karena gelombangnya sangat tinggi dan membahayakan. Waktu kami habis untuk lari-lari menghindari gelombang tinggi, bahkan sesekali kami harus buang parasit agar kapal tetap stabil saat cuaca buruk tidak bisa dihindari,"tuturnya.

Dikatakannya, informasi maritim yang diterimanya melalui radio kontek dari kapal-kapal yang lebih besar dan petugas pelabuhan semakin hari, cuaca di tengah laut semakin buruk sehingga ia memutuskan menghentikan penangkapan ikan. Setelah menempuh perjalanan laut selama tiga hari, ia dan dua kapal longline lainnya yang masih satu perusahaan-- akhirnya tiba di Pangandaran.

"Informasi yang kami terima gelombang tinggi kemungkinan akan terjadi sampai tanggal 18 (Maret). Namun itu juga belum pasti," tuturnya. Selain tiga kapal yang berada dalam satu perusahaan, ada satu lagi yang juga ikut berlindung di kawasan perairan yang sama.

Slamet mengatakan belum tahu batas waktu dia akan memasang jangkar di Pangandaran. "Tunggu dulu cuaca bagus, sementara kami akan tinggal dulu di Pangandaran," kata dia.

Sugiono (38), nelayan lainnya mengaku baru kali pertama menghadapi gelombang tinggi yang mencapai tujuh meter lebih. "Selama 12 tahun saya melaut, baru sekarang saya menghadapi cuaca buruk yang mengerikan. Seandainya tidak cepat kabur, kapal kami bisa celaka," tuturnya.

Dikatakannya, kecepatan angin di laut lepas yang berjarak lebih dari 200 mil mencapai 30 knot sehingga menyebabkan gelombang sangat tinggi yang berbahaya bagi kapal-kapal nelayan.

Pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini mengatakan, saat ini hampir semua kapal mencari tempat berlindung. "Semuanya merapat ke tempat aman. Ada yang di Cilacap, Pameungpeuk dan Sukabumi. Namun, kami juga menerima informasi ada yang masih terjebak gelombang dan ada juga yang masih dalam perjalanan," tuturnya.

Ketua Rukun Nelayan (RN) Pangandaran Sukidin mengatakan gelombang tinggi terjadi di laut lepas yang jaraknya lebih dari 200 mil sehingga membahayakan kapal-kapal penangkap ikan tuna. Sementara untuk perahu katir dan kapal compreng berbobot dibawah 15 GT, kata dia, masih bisa melaut.

"Nelayan Pangandaran dan kapal copreng Cilacap masih ada yang melaut. Jarak operasi mereka dekat di bawah hanya belasan mil dari pantai sehingga tidak terlalu membahayakan, walaupun gelombang cukup tinggi sekitar dua meter," tuturnya. (nay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tepis Isu Provokatif, Tokoh Adat dan Tokoh Agama Gelar Pertemuan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler