jpnn.com - LEBAK - Nelayan tradisional di pesisir selatan Kabupaten Lebak, Banten, tidak melaut dalam sepekan terakhir ini.
Hal itu disebabkan adanya badai dan gelombang yang mencapai ketinggian empat meter.
BACA JUGA: Isu Gelombang PHK Bikin Galau, Pemerintah Pasang Kuda-Kuda
Nelayan lebih memilih tidak melaut guna menghindari kecelakaan laut.
"Semua nelayan tradisional di sini tidak melaut," kata Ketua Koperasi Nelayan Bina Muara Sejahtera Binuangeun Kabupaten Lebak, Wading dalam keterangannya di Lebak, Selasa (22/11).
BACA JUGA: BMKG Keluarkan Peringatan Serius Potensi Gelombang Tinggi 6 Meter, 26-27 September
Beberapa hari terakhir ini cuaca di perairan selatan Banten kurang bersahabat, selain badai dan gelombang tinggi, hasil tangkapan juga menurun.
"Jika nelayan memaksakan melaut tentu merugi, karena tidak seimbang antara pendapatan dan biaya operasional pembelian bahan bakar minyak (BBM)," ungkapnya.
BACA JUGA: Ada Bahaya Mengancam, Wali Kota Kupang Minta Nelayan Tak Melaut
Menurut dia, selama tidak melaut, mereka melakukan kegiatan perbaikan jaring dan di antaranya berkumpul di sekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) setempat untuk memantau cuaca kembali normal.
Saat ini, Wading menambahkan nelayan yang biasanya menangkap berbagai ikan, seperti tongkol, cumi, layur, tenggiri, tuna, bayi lobster dan lainnya, tidak melaut.
Bila cuaca normal, mereka bisa transaksi pelelangan ikan sekitar R p4-5 miliar dengan jumlah tangkapan 250 ton per bulan. Namun, saat ini kondisi nelayan tak melaut akibat cuaca buruk tersebut.
"Kami memiliki anggota ratusan nelayan dan kini menganggur," katanya.
Kepala Bidang Peningkatan Kapasitas Nelayan Kecil Dinas Perikanan Kabupaten Lebak Rizal Ardiansyah mengingatkan nelayan agar waspada gelombang tinggi di perairan selatan Banten.
Laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan gelombang tinggi 2,5 sampai 4.0 empat meter berpeluang terjadi di selatan Banten pada 22-25 November 2022.
"Belum lama ini ada nelayan Binuangeun diterjang gelombang hingga perahu miliknya rusak dan satu nelayan dilaporkan hilang," kata Rizal. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi