“Sejak Sabtu gelombang sudah tinggi. Jadi sudah dua hari ini. Kami pun mencoba mencari ikan tidak terlampau ke tengah. Tapi banyak nelayan yang memilih menunggu hingga gelombang agak surut,” ujar Nardi, nelayan di Teluk Penyu, Minggu (24/6).
Tinggi gelombang memang cukup signifikan. Gelombang beberapa kali melewati Break water (pemecah gelombang). Padahal pada saat biasa nyaris sangat jarang gelombang melewatinya. Pasir yang menjadi arena main para wisatawan pun tidak luput dari gelombang. Sehingga Minggu pagi kemarin, hanya yang mau main air saja yang turun di pantai. Selebihnya memilih untuk duduk di pinggir pantai.
Menurut Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap, Teguh Wardoyo, gelombang tinggi ini disebabkan tekanan udara di pusat low pressure mencapai 1.002 milibar. Kondisi ini berdampak pada peningkatan tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jateng-DIY.
Tinggi gelombang maksimum 4 meter berpeluang terjadi di wilayah pantai dan tinggi gelombang maksimum 5 meter berpeluang di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng-DIY. Karena tekanan mulai melemah, tinggi gelombang maksimum 3 meter berpeluang terjadi di wilayah pantai selatan Jateng-DIY dan 3,5 meter di wilayah Samudra Hindia selatan Jateng-DIY.
Dia menandaskan,terkait gelombang tinggi ini pihaknya pernah mengeluarkan peringatan dini namun sudah dicabut. Namun dia mengingatkan sebenarnya gelombang sekitar 3,5 meter cukup berbahaya bagi perahu-perahu kecil.
“Sejauh ini nelayan pintar membaca alam. Mereka memanfaatkan saat gelombang landai. Saat itulah mereka pergi ke laut,” ujarnya.
Berdasarkan pemantauan Radarmas, banyak perahu nelayan yang tidak melaut kemarin. Hanya beberapa saja yang terlihat usai menangkap ikan. Kapal-kapal nelayan yang digunakan untuk angkutan wisata pun tidak begitu banyak karena gelombang tinggi ini menyurutkan niat para wisatawan untuk menyeberang ke Nusakambangan timur. (amu/din)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyuluh Pertanian Minim
Redaktur : Tim Redaksi