jpnn.com, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan meluncurkan komik tentang Bung Karno. Peluncuran cerita bergambar itu akan dilakukan pada perayaan ulang tahun ke-46 PDIP sekaligus rapat koordinasi nasional (rakornas) pada Kamis lusa (10/1) di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, komik itu merupakan karya Prananda Prabowo yang tak lain cucu Bung Karno. Prananda adalah putra kedua Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
BACA JUGA: Kesan Anak Muda tentang Kebesaran Jiwa Bu Mega
"Kami luncurkan karya soal sejarah Bung Karno, dibuat dalam bentuk komik. Ini dari Mas Prananda Prabowo," ujar Hasto dalam jumpa pers Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (8/1).
Komik dengan sampul luks itu terdiri dari 36 halaman. Judulnya Bung Karno Bapak Bangsa.
BACA JUGA: Hasto Pengin KPU Utamakan Penghitungan Surat Suara Pilpres
Isinya menampilkan kisah hidup Bung Karno sejak kelahirannya, hingga diangkat menjadi Presiden Pertama RI dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang digelar pada 18 Agustus 1945. Cerita dalam komik itu diawali dengan gambar tentang Surabaya yang menjadi kota kelahiran Soekarno pada masa kolonial.
Di kota pelabuhan itulah kedua orang tua Soekarno bermukim setelah hijrah dari Bali. Ayah Soekarno, R Soekemi Sosrodiharjo merupakan guru di sekolah rendah di Jalan Sulung, Surabaya.
BACA JUGA: Megawati: Saya Ingin Jawab, Pengecut Kamu, Pengecut Kamu
Cerita lantas berpindah ke soal kelahiran Soekarno pada 6 Juni 1901. Kalau itu istri Soekemi, Ida Ayu Nyoman Rai melahirkan bayi laki-laku yang diberi nama Koesno.
Kelak, nama bayi yang lahir jelang fajar itu diganti menjadi Soekarno. Soekemi sebagai pendidik memasukkan Soekarno kecil ke Eerste Inlandsche School atau Sekolah Dasar Bumiputra.
Selanjutnya, Soekemi memindahkan Soekarno ke Europeesche Lagere School (ELS) di Mojokerto. Pada usia 14 tahun, Soekarno sudah ditempa langsung oleh HOS Tjokroaminoto yang dikenal sebagai guru para pendiri bangsa.
Dua tahun kemudian, Soekarno sudah bergabung dengan Tri Koro Dharmo yang menjadi embrio organisasi kepemudaan Jong Java. Soekarno pula yang memperkenalkan sebutan peci saat pertemuan Jong Java di Solo pada 1921.
Istilah peci diambil dari ‘petje’ dalam bahasa Belanda. Artinya kopiah atau topi kecil.
Soekarno muda juga menyebarkan gagasannya melalui artikel di koran Oetoesan Hindia. Namun, dia menggunakan nama pena Bima
Lulus dari HBS pada 10 Juni 1921 menjadi masa krusial bagi Soekarno muda. Keinginannya meneruskan pendidikan di Belanda terbentur oleh sang ibu yang tak memberi restu.
Akhirnya, pilihan Soekarno adalah Technische Hooge School (THS) yang menjadi cikal bakal Institut Teknologi Bandung (ITB). Masuk THS pada 1921, Soekarno berhasil meraih gelar insinyur teknik sipil pada 1926.
Namun, selama masa kuliah di THS itulah Soekarno mengenal tokoh-tokoh lain seperti Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusomo dan lainnya. Di Tanah Pasundan pula Soekarno mengenal petani miskin bernama Marhaen.
Praktis, Bandung bukan hanya menjadi tempat Soekarno kuliah, tapi juga ditempa sebagai tokoh. Setahun setelah lulus THSl, Soekarno mendirikan Persyarikatan Nasional Indonesia (PNI) bersama Sartono, Soenarjo dan Anwari pada 4 Juli 1927. Kelak, organisasi itu menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).
Namun, aktivitas politik Soekarno dengan menyebarkan gagasan PNI mengantarnya ke Penjara Banceuy. Selama dalam tahanan sembari menunggu peradilan, Soekarno menulis pleidoinya yang akhirnya kondang dengan judul Indonesia Menggugat.
Rupanya, pleidoi Indonesia Menggugat telah menarik dunia internasinal. Hingga para ahli hukum di Eropa menderak pemerintahan Hindia Belanda meringankan hukuman untuk Soekarno dan teman-temannya.
Akhirnya, pengadilan kolonial atau Landraad menjatuhkan hukuman empat tahun penjara untuk Soekarno. Selanjutnya, dia menjalani hukuman di Sukamiskin.
Soekarno memanfaatkan masa hukuman di Sukamiskin untuk mendalami Islam. Selepas dari Sukamiskin, Soekarno memimpin sebuah majalah politik bernama Fikiran Ra’jat yang berslogan Kaoem Marhaen, Inilah Madjalah Kamoe!.
Namun, aktivitas politik Soekarno harus berhadapan dengan tindakan represif pemerintah kolonial Hindia Belanda. Soekarno harus menjalani pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur selama kurun 1934-1938 dan di Bengkulu pada rentang waktu 1938-1942.
Seiring berakhirnya kekuasaan kolonial, Jepang masuk ke Indonesia. Masa pengasingan Soekarno Soekarno pun mengakhiri masa pengasingan.
Selepas masa pengasingan itulah Soekarno makin aktif menggelorakan semangat rakyat untuk mencapai kemerdekaan. Bersama M Hatta, Soekarno mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan berbagai strategi.
Ikhtiar Soekarno dan kawan-kawannya membuahkan hasil. Soekarno memanfaatkan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) bentukan Jepang guna membulatkan tekad untuk merdeka.
Dalam sidan BPUPKI yang digelar 1 Juni 1945, Soekarno memperkenalkan Pancasila. Kelak, gagasannya tentang Pancasila itu yang akhirnya masuk dalam Pembukaan UUD 1945.
Akhirnya pada 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di hadapan 300 orang. Sehari kemudian, sidang PPKI mendaulat Soekarno sebagai presiden, sedangkan Bung Hatta sebagai wakilnya.
Hasto mengatakan, karya itu adalah bagian dari upaya PDIP melaksanakan tugas sejarah demi menggelorakan semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai oleh nilai-nilai kebangsaan. "Sehingga berbagai upaya untuk menggelorakan semangat, rasa cinta tanah air itu betul-betul kami gelorakan bersama dengan baik," katanya.(tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Bu Mega soal Nasi Goreng dan Keakraban dengan Prabowo
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga