jpnn.com - Semakin ke sini semakin banyak hoaks yang tersebar di masyarakat. Tak jelas siapa dan apa motif di balik keisengan tak bertanggung jawab tersebut. Tapi yang jelas, kemajuan teknologi bernama internet turut andil membantu penyebaran berita bohong seperti itu.
Lalu, dengan maraknya hoaks beberapa waktu belakangan, pernahkah Anda berpikir tentang tujuan di balik pembuatan berita seperti itu? Dan, sebenarnya, apa yang melatarbelakangi si pelaku hingga berkeinginan membuat berita palsu dan menyebarkan segala bentuk kebohongan?
BACA JUGA: Gerindra tak Kenal Oknum Tersangka Hoaks
Ada yang mengatakan, mereka yang membuat dan menyebarkan hoaks sebenarnya memiliki gangguan mental sehingga berani dan senang dengan adanya berita bohong. Lalu, benarkah hal tersebut?
Hoaks dan gangguan mental
BACA JUGA: Kejahatan Komunikasi Lebih Berbahaya Daripada Korupsi
Saat seseorang menggunakan “kebohongan” yang disadari dirinya dan orang lain untuk tujuan kesenangan dalam satu waktu, hal itu tentu tak bisa dikatakan sebagai gangguan mental. Akan tetapi, apabila orang itu membuat kebohongan yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, terkait dengan kepentingan orang banyak, bersifat krusial, dan dilakukan tak hanya sekali saja, kemungkinan besar memang ada yang tidak beres dengan dirinya. Dan, dua gangguan mental yang sering dikaitkan dengan orang yang gemar membuat hoaks adalah mythomania dan histrionik.
Mythomania
BACA JUGA: Sambangi PSI, Putri Gus Dur Ajak Parpol Perangi Hoaks
Dilansir dari berbagai sumber, mythomania merupakan kondisi seseorang yang kerap melakukan kebohongan dalam jangka waktu yang lama, rutin dilakukan, tetapi pada dasarnya tindakan ini tidak mencari sebuah keuntungan.
Orang yang menderita mythomania sudah menjadikan sebuah kebohongan sebagai bagian yang besar dalam hidupnya. Lebih dari itu, penderita gangguan mental jenis juga ini percaya dengan kebohongannya sendiri. Karenanya, ia kerap kesulitan membedakan mana yang nyata dan yang tidak dalam kehidupannya.
Meski bukan bertujuan untuk mendapat keuntungan, tetapi pengidap mythomania akan selalu merasa senang terhadap segala kebohongan yang telah ia buat. Beberapa tanda khas dari mythomania adalah mereka menceritakan suatu hal yang terdengar sangat nyata, tidak berlebihan seperti skizofrenia, dan cerita yang dibuat oleh mereka bersifat stabil (tidak berubah-ubah).
Selain itu, menurut dr. Resthie Rachmanta Putri dari KlikDokter, penderita gangguan mental mythomania juga memiliki hubungan yang tidak baik dengan keluarga, kekasih, ataupun temannya sendiri karena terlalu sering “mengarang cerita.”
Histrionik
Ketika kebohongan yang tadinya tidak memiliki tujuan berubah menjadi sesuatu yang bertujuan untuk mencari perhatian, berarti hal tersebut sudah dipengaruhi oleh perilaku histrionik.
Penderita histrionik cenderung membutuhkan pengakuan dari orang lain sebagai tolok ukur untuk menilai dirinya sendiri. Akibatnya, orang tersebut menjadi “haus” perhatian. Ia pun cenderung bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Alasannya adalah karena orang tersebut memiliki gangguan histrionik yang kebingungan terhadap citra dirinya sendiri sehingga butuh perhatian dari banyak orang.
Sekarang sudah jelas bahwa pembuat berita hoaks identik dengan seseorang yang memiliki gangguan jiwa. Jika Anda mengenal seseorang yang gemar membuat sebuah kebohongan tanpa sebab yang jelas atau suka bikin sensasi, lebih baik dipahami saja atau ajak berkonsultasi ke psikolog atau psikiater. Apabila orang tersebut justru tersinggung dan bertindak semakin parah, cukuplah menjadi pribadi yang tidak ikut terpengaruh dengan segala perbuatannya.(NB/RVS/klikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengamat: Gaya Politik Baru Demokrat Kontraproduktif
Redaktur & Reporter : Yessy