jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kembali menjalankan program luar biasa untuk membina para mantan napi terorisme.
Program itu diberi nama Gerakan Masyarakat Anti Radikalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia (Gemar NKRI).
BACA JUGA: BNPT-Pemkot Solo Bangun Role Model Pengentasan Kemiskinan
Gemar NKRI bertujuan membina para mantan napi terorisme agar kembali dengan baik di masyarakat serta benar-benar kembali menjadi Indonesia.
Gemar NKRI adalah program pencegahan terorisme dengan menggandeng dan memberi wawasan kepada para mantan napi terorisme sehingga mereka bisa bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
BACA JUGA: Andalkan Duta Damai Lawan Penyebaran Terorisme di Dunia Maya
“Silaturahmi Gemar NKRI ini merupakan yang pertama kali kami adakan. Kegiatan ini untuk membuka wawasan karena jangan pernah menyangsikan ikhwan-ikhwan (mantan napiter) juga sangat mumpuni dalam bidang agama dan wawasan kebangsaan serta kewirausahaan. Saya meminta kepada rekan ikhwan tidak putus harapan. Informasikan kepada kami apa yang bisa kami bantu. Insyaallah kami akan fasilitasi. Ini sebagai bukti negara hadir di tengah rekan-rekan,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius saat membuka silaturahmi Gemar NKRI Program Deradikalisasi Bina Masyarakat 2017 di aula perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta, Senin (18/12).
BACA JUGA: BNPT dan PPATK Fokus Putus Rantai Pendanaan Terorisme
Langkah BNPT merangkul para napiter untuk ikut membantu pemerintah menjalankan program deradikalisasi ini bukan program pertama yang dilaksanakan.
Sebelumnya, BNPT juga telah melatih public speaking bagi para mantan napiter. Kedua program itu adalah agenda pelibatan mantan nanpiter agar bisa mengajak rekan-rekannya yang masih terjangkit virus radikalisme untuk kembali menjadi orang Indonesia yang ber-Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, upaya deradikalisasi bagi para mantan teroris merupakan usaha berkesinambungan yang tidak bisa parsial namun perlu dipelihara.
Karena itu, pada silaturahmi Gemar NKRI ini, pihaknya mengundang menteri agama, menteri riset dan dikti, dan kepala UKP Pemantapan Ideologi Pancasila.
Itu dilakukan karena BNPT tidak bisa sendiri untuk menjalankan deradikalisasi ini, tapi harus bersinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya.
“Kami sudah menjalin sinergi dengan 32 K/L. Bahkan saat kali pertama dipercaya sebagai kepala BNPT, saya langsung berbicara dengan presiden bahwa BNPT tidak bisa sendirian untuk mengurai benang kusut masalah terorisme. BNPT sangat terbatas, kami butuh akses sosial, agama, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Karena mereka juga butuh kehidupan layak setelah fase sebagai napiter,” terang Suhardi.
BNPT juga bersinergi dengan lembaga dan organisasi kemasyarakatan.
Karena itu, Suhardi berterima kasih kepada kementerian dan lembaga terkait yang hadir dalam kegiatan ini.
Pasalnya, untuk membentuk karakter bangsa tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan harus melalui proses panjang dan sustainable (berkelanjutan).
Suhardi melanjutkan, sejak 2015, BNPT telah melakukan berbagai kegiatan bersama KL dengan melibatkan anggota Gemar NKRI.
Selain itu, BNPT juga melakukan silaturahmi ke rumah-rumah anggota Gemar NKRI mengadakan penguatan kebangsaan dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya, selain mengadakan pelatihan kewirausahaan.
Saat ini, lanjut mantan Sestama Lemhanas ini, mitra binaan Pusat Deradikalisasi BNPT sekitar 700 mantan napiter.
Dari jumlah itu sekitar 100 orang yang menghadiri silaturahmi Gemar NKRI ini.
Dia berharap pada kegiatan mendatang akan lebih banyak lagi anggota Gemar yang ikut serta.
Selain itu, Suhardi juga memohon kepada instansi yang berada di daerah agar tidak mempersulit mantan napiter dalam mengurus kependudukan maupun dokumen lainnya.
“Mereka jangan sampai termarginalkan karena kalau dimarginalkan suatu saat pikiran mereka akan kembali ke yang dulu,” tandas Suhardi. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Suhardi Alius: Jangan Marginalkan Mantan Teroris
Redaktur & Reporter : Ragil