jpnn.com - Perkembangan Sidoarjo makin dinamis. Tidak hanya perkembangan kota yang makin pesat, pergeseran budaya juga makin kentara dan mengarah pada kawasan mesum. Itu terlihat dari kehidupan dunia malam di pinggiran kota.
---
DULU warga Sidoarjo yang ingin menikmati dunia malam harus pergi ke kota lain. Maklum, saat itu tidak banyak tempat di Kota Udang itu yang menyediakan hiburan plus-plus. Kalaupun ada, tidak gampang mengaksesnya.
Namun, kini tidak sulit menikmati gemerlap dunia malam di penjuru Kota Delta. Maklum, tempat hiburan di kota ini makin menjamur. Mendapat layanan ''lebih'' di tempat-tempat itu juga tidak terlalu susah.
Sampai-sampai sejumlah kalangan khawatir fenomena itu makin menggurita di Sidoarjo. Sebab, meski berkali-kali mendapat sorotan, nyaris tidak ada solusi konkret untuk mengatasi praktik tersebut.
Bahkan, sejumlah efek negatif atas menjamurnya sentra hiburan itu sudah tak terhitung. Salah satu yang menjadi perhatian publik adalah penembakan oleh salah seorang anggota polisi terhadap warga sipil. Diketahui, peristiwa tersebut dipicu kisruh saat berada di sebuah rumah karaoke.
"Seharusnya, fenomena ini mendapat perhatian serius dari pemerintah. Sebab, keberadaannya sangat mengganggu kenyamanan masyarakat," kata Ketua PC GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono.
Bahkan, Ansor menilai keberadaan tempat hiburan malam tersebut sudah begitu terbuka. Lebih-lebih tempat hiburan di kawasan Taman Pinang dan kawasan Krian. "Satpol PP harus aktif melakukan patroli, terutama di jam-jam rawan. Pemerintah juga harus tegas tentang izin peruntukan dan RTRW. Jangan sampai nanti semua kawasan malah jadi tempat hiburan malam dan bakal mengancam keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat," sebut Slamet.
Kekhawatiran tersebut cukup beralasan. Maklum, tidak sedikit di antara tempat hiburan itu yang memberikan kemudahan akses untuk memperoleh hiburan plus plus tadi. Ada yang terang-terangan. Tetapi, ada juga yang ''sembunyi-sembunyi''.
Salah satu jujukan yang paling mudah dan banyak pilihannya adalah rumah-rumah karaoke. Di Sidoarjo, rumah karaoke terbilang cukup banyak. Di kawasan pusat kota misalnya. Rumah karaoke bisa ditemukan di sejumlah titik. Di antaranya, di seputaran GOR Sidoarjo, Jl Gajahmada, Jl Diponegoro, serta sejumlah jalur protokol. Di antara seluruh rumah hiburan itu, akses untuk mendapat layanan cewek plus-plus cukup luas.
Hanya, beberapa di antaranya tidak terang-terangan. Triknya, pengelola karaoke tidak menyediakan layanan pendamping secara langsung. Namun, untuk bisa mendapatkannya, tidak perlu jauh-jauh karena mereka stand by di sekitar rumah hiburan itu.
Tengok saja sejumlah rumah karaoke di kawasan Taman Pinang. Sepintas, layanan yang disediakan di sana cukup standar. Hanya fasilitas menyanyi di sebuah room yang terdiri atas berbagai kelas (mulai standar hingga VIP) serta sejumlah menu makanan-minuman.
Baru jika konsumen melayangkan pesanan khusus, seluruh pelayan di rumah hiburan itu memberikan jalan keluar. "Kalau butuh 'partner', bisa nyari di depan," kata salah seorang penjaga di rumah karaoke tersebut.
Benar saja, di depan pelataran parkir rumah karaoke itu, tidak sulit mendapatkannya. Jika jeli, di sejumlah stan di kiri kanan tempat karaoke tersebut berkumpul sejumlah purel freelance dengan dandanan cukup mencolok.
Namun, jika tidak bertemu, para pelanggan cukup mendatangi sejumlah juru parkir (jukir) di lokasi ruko itu. Jukir pun siap melayani request. Yang menarik, tidak sedikit jukir yang punya data komplet soal "kualifikasi'' para cewek pendamping tersebut. "Tinggal nyari mau yang seperti apa. Nanti saya carikan. Yang penting, dia tidak sedang dinas," kata salah seorang jukir.
Jika cocok, para purel freelance itu diajak bergabung untuk berkaraoke bersama. Ritual awal memang cuma nyanyi bersama. Rata-rata mereka mematok tarif Rp 100 ribu per jam. Tapi, fasilitas layanan ''tambahan'' biasanya bergantung pada kesepakatan antara konsumen dan cewek tersebut.
Untuk cewek pendamping karaoke yang usianya masih tanggung (di bawah 25 tahun, Red), biasanya tidak gampang bisa mendapat layanan lebih dari mereka. "Sebab, rata-rata mereka memang cuma having fun dan belum butuh banyak duit. Namun, itu tidak semuanya," kata Supriyono, salah seorang pelanggan rumah karaoke tersebut.
Namun, bukan berarti para pelanggan tidak bisa mendapat fasilitas maksimal dari purel. Untuk bisa mendapatkannya, caranya tidak mudah. Butuh dua hingga tiga kali pertemuan. Jika sudah saling kenal, baru mereka lebih open. "Biasanya, sang cewek melihat dulu pelanggannya. Jika dianggap asyik atau royal, mereka mau saja diajak. Soal tarif, itu kesepakatan bersama," ujar pria 30 tahun itu.
Selain rumah karaoke yang memberikan layanan purel freelance, ada rumah nyanyi yang menyediakan purel secara langsung. Misalnya, salah satu rumah karaoke di sekitar Jl Diponegoro atau Jl Gajahmada. "Mau sendirian atau ditemani, Mas? Stoknya masih banyak," ujar Yuni (nama samaran), resepsionis rumah karaoke di Jl Diponegoro, memberi penawaran.
Jika berkenan, user langsung diantar menuju room yang biasa dipakai live music. Di dalam ruang itu, tampak sejumlah cewek dengan dandanan lumayan mencolok yang siap dipanggil. Tarif resminya dipatok Rp 150 ribu per jam (untuk sewa room dan purel, Red).
Namun, user tetap harus merogoh kocek tambahan untuk tip para pendampingnya. Rata-rata cewek pendamping mematok tarif Rp 50 ribu per jam. Jika sepakat, pelanggan tinggal menunggu teman nyanyi itu. Dengan tarif tersebut, biasanya para pelanggan mendapat sejumlah servis dari purel.
Hanya, mendapat servis yang lebih khusus dari para purel itu tidak mudah. Sebab, mereka memiliki jam dinas. "Saya stand by di sini mulai pukul 21.00 sampai pukul dua pagi," kata Amara, salah seorang purel, sambil meminum segelas bir hitam di depannya.
Meski demikian, cewek 25 tahun yang mengaku tinggal di kawasan Jenggolo itu tetap memberikan ''kode'' bagi para pelanggan untuk bisa lebih dekat dengan dirinya. "Kapan-kapan main saja Mas ke tempat saya. Tapi, jangan pas jam dinas," kata cewek yang mengaku baru bercerai itu.
Selain di rumah-rumah karaoke, para penggemar dunia plus bisa mengakses sejumlah kafe yang bertebaran di Sidoarjo. Tidak seperti rumah karaoke, jumlah kafe remang-remang ini malah membeludak. Tidak hanya di seputaran kota, kafe itu juga banyak bertebaran di pinggiran kota atau di perbatasan Sidoarjo dengan sejumlah kabupaten/kota lain. Modusnya pun sama. Para cewek malam tersebut bertebaran di kafe-kafe yang rata-rata juga menyediakan minuman keras itu.
Yang paling banyak berada di wilayah Krian. Setidaknya ada tiga titik. Yakni, eks Pabrik Gula Krengseng, Pasar Krian Baru, dan Terung Wetan. Operasi bisnis esek-esek di Krengseng bahkan berbeda daripada kelaziman. Tempat itu justru buka di siang bolong. Mulai pukul 10.00 sampai 16.00.
Ada puluhan tempat karaoke dan warung asmara di tempat tersebut. Seperti tempat karaoke di tengah kota, para penikmat tempat karaoke di Krengseng pun bakal ditemani cewek pendamping. (ris/fim/c6/end)
BACA JUGA: Pastikan Proyek Infrastruktur Papua Berjalan Baik
BACA ARTIKEL LAINNYA... Visa TKI Dibagi di Kapal
Redaktur : Tim Redaksi