jpnn.com, JAKARTA - Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kerajaan Maroko Jundi Abdurrahman mengatakan, warga negara Indonesia (WNI) di Maroko dalam kondisi aman serta tidak ada yang terkena dampak dari tragedi gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,8.
"Untuk WNI maupun mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai kota di Maroko, alhamdulillah sampai saat ini aman. Tidak ada yang terkena dampak," kata Jundi kepada ANTARA, di Jakarta, Minggu (10/9).
BACA JUGA: Jantan! Pengakuan Walid Regragui Setelah Maroko Takluk dari Kroasia
Gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6,8 mengguncang Maroko pada Jumat (8/9) pukul 23:11 waktu setempat (Sabtu pukul 05.11 WIB) sehingga menyebabkan kerusakan serius terhadap infrastruktur dan permukiman penduduk di wilayah tersebut.
Meski merasakan getaran gempa, para WNI di Maroko tidak terkena dampak dan dalam kondisi selamat, kata Jundi.
BACA JUGA: Kemenag Buka Beasiswa Kuliah di Maroko, Buruan Daftar, Kuota Terbatas!
Sebagian besar WNI tinggal di daerah Marrakesh dan Casablanca, jauh dari pusat gempa, lanjutnya.
Sementara itu, data terbaru dari Kementerian Dalam Negeri Maroko disebutkan bahwa hingga Sabtu pukul 22:00 waktu setempat (04.00 WIB) terdapat total 2.012 korban jiwa dan 2.059 korban luka, dengan 1.404 orang di antaranya mengalami luka berat.
BACA JUGA: Nomor Urut Partai Gelora di Atas PKS, Anis Matta Ajak Kader Meniru Maroko
Gempa menyebabkan sembilan wilayah di negara itu terkena dampak, dengan dampak paling besar terjadi di daerah Al Haouz, yang mencatat 1.293 korban jiwa.
Jundi mengatakan PCIM Maroko sampai saat ini masih membentuk tim bantuan PCIM Maroko dan berkoordinasi dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk merancang dan mencatat kebutuhan mendesak di wilayah yang terdampak gempa.
"Dari kemarin kami berkomunikasi dengan mereka dan meminta mereka untuk mencatat kebutuhan di sana," kata Jundi.
Sementara itu, fokus utama tim MDMC dalam pemberian bantuan bagi korban gempa adalah bahan makanan pokok, pakaian dan selimut. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif