Gempur Oposisi, Rezim Assad Kerahkan Tank dan Heli

Sabtu, 14 Juli 2012 – 05:50 WIB

DAMASKUS - Rezim Presiden Bashar Al Assad belum berhenti memancing emosi masyarakat internasional. Di tengah upaya Kofi Annan, utusan damai PBB-Liga Arab untuk Syria, memformulasikan solusi damai untuk mengakhiri konflik di republik tepi Laut Mediterania itu, pasukan Assad justru melancarkan serangan baru Kamis (12/7) lalu.
 
Didukung tank dan helikopter tempur, tentara loyalis Assad menggempur sarang oposisi di Kota Tremseh, Provinsi Hama. Serangan membabi buta itu merenggut sedikitnya 150 nyawa.

Oposisi bahkan menyebut jumlah korban tewas mencapai 200 orang. Karena itu, Dewan Nasional Syria (SNC) mendesak PBB segera campur tangan mengatasi krisis politik yang sudah berlangsung sekitar 16 bulan tersebut.

"Untuk menghentikan kegilaan berdarah yang mengancam keutuhan Syria serta keamanan dan perdamaian regional serta dunia ini, Dewan Keamanan (DK) PBB perlu segera merumuskan resolusi tegas sesuai dengan bab VII (dari Piagam PBB)," papar SNC dalam keterangannya kemarin (13/7).

Menurut organisasi yang memayungi beberapa kelompok oposisi itu, resolusi DK PBB penting sebagai tameng bagi warga Syria. Pada Bab VII Piagam PBB tertulis bahwa organisasi internasional terbesar dunia itu berhak menjatuhkan sanksi terhadap rezim yang menjadi ancaman bagi perdamaian regional atau dunia.

DK PBB berhak menjatuhkan sanksi yang kadarnya beragam. Mulai sanksi ringan sampai berat. Sesuai dengan isi bab tersebut, DK PBB boleh menjatuhkan sanksi berupa embargo ekonomi atau aksi militer.

Kemarin Direktur Regional Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) Rami Abdel Rahman menyebut penyerbuan di Tremseh itu sebagai pembantaian terkeji dalam revolusi sipil yang bergulir sejak Maret 2011. "Beberapa pihak menyebut jumlah korban lebih dari 150 orang. Tapi, meskipun hanya 150, pembantaian ini tetap yang terbesar karena dilakukan di sebuah kota kecil," ucapnya.

Rahman yakin militer Syria mendapatkan lampu hijau dari pemerintah untuk melakukan aksi pembantaian berskala besar di Tremseh. "Presiden Bashar Al Assad harus bertanggung jawab atas pembunuhan ini," tandas pria kelahiran Syria tersebut.

Sampai sekarang petugas baru berhasil mengidentifikasi sekitar 30 mayat. Tapi, seiring berjalannya evakuasi, proses identifikasi tetap berlanjut.

Sementara itu, rezim Assad yang menuai kecaman dan kritik pasca tersiarnya aksi kekerasan di Tremseh langsung membantah pemberitaan media. Melalui kantor berita pemerintah SANA, presiden 46 tahun itu balik menuding media Barat sebagai provokator.

"Media (Barat) yang haus darah bekerja sama dengan kelompok teroris bersenjata untuk membantai warga, lantas menyalahkan pemerintah," terang SANA. 

Lebih lanjut, Damaskus mengatakan bahwa pemberitaan tentang Tremseh itu merupakan upaya oposisi dan media Barat untuk menyudutkan rezim Assad. Terutama, menjelang pertemuan DK PBB akhir pekan ini. Sedangkan menurut para aktivis oposisi, justru pasukan Assad dan militan shabiha-lah yang menghancurleburkan kota berpenduduk sekitar 7.000 jiwa itu untuk mengintimidasi oposisi.

Kemarin video pembantaian di Tremseh beredar luas di dunia maya. Dalam rekaman amatir itu, terlihat helikopter, tank, serta roket milik militer Syria menggempur kota yang diklaim sebagai sarang oposisi tersebut. Serangan maut itu pun memaksa warga mengungsi ke wilayah lain yang lebih aman. Saat ini Tremseh terlihat seperti kota mati yang tidak berpenduduk. (AFP/AP/RTR/hep/c10/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Salju Longsor, Sembilan Pendaki Alpen Tewas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler