Gen Z Perlu Penguatan Literasi Keuangan, Biar Enggak FOMO

Jumat, 15 November 2024 – 15:16 WIB
OJK dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan generasi Z atau Gen-Z menjadi yang terendah dalam skala nasional. Foto: dok Tumbuh Makna

jpnn.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan generasi Z atau Gen-Z menjadi yang terendah dalam skala nasional.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi sempat menyebutkan kelompok usia 15-17 tahun memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang paling rendah.

BACA JUGA: Moxa Ajak Peserta Melek Literasi Keuangan di Astra Half Marathon 2024

Riset kredit Karma mencatat pada 2018 sebanyak 39 persen Gen-Z memiliki utang untuk mengikuti tren dalam komunitasnya.

Riset IDN yang bernama Research Institute pada 2019 pun menemukan bahwa alokasi tabungan dari pendapatan pada Gen-Z hanya 10,17 persen.

BACA JUGA: Kredit Pintar Gelar Kelas Edukasi & Literasi Keuangan di Makassar

Co-Founder Tumbuh Makna Benny Sufami memberikan sejumlah tips agar Gen-Z dapat mengelola keuangan dengan benar dengan membangun kebiasaan finansial yang sehat, dan menghindari risiko kerugian di masa depan.

Hal itu disampaikan Benny saat platform literasi investasi Tumbuh Makna bekerja sama dengan Universitas Serang Raya mengadakan webinar dengan tema “Financial Cerdas Gen-Z: Strategi Kelola Dana dan melek Digital Menuju Masa Depan Sejahtera” beberapa waktu yang lalu.

BACA JUGA: Kemenparekraf Dukung Desa Wisata Naik Kelas lewat Peningkatan Literasi Keuangan

“Keberhasilan finansial tidak datang dalam semalam, melainkan melalui kebiasaan yang dibentuk secara konsisten, seperti menabung, mengelola pengeluaran, dan merencanakan keuangan dengan disiplin," kata Benny dikutip, Jumat (15/11).

Benny menjelaskan bahwa memiliki anggaran atau budgeting yang jelas adalah kunci menuju kebebasan finansial, sekaligus pentingnya pemahaman terhadap investasi.

Menurut Benny, banyak investor muda yang sering kali mengalami kerugian karena terjebak dalam tren investasi tanpa mempertimbangkan profil risiko pribadi.

Oleh karena itu, dia mengingatkan bahwa setiap individu memiliki toleransi risiko yang berbeda, sehingga penting untuk menyesuaikan jenis investasi dengan profil risiko masing-masing agar terhindar dari kerugian besar.

Dia menyebutkan pemahaman risiko sebelum berinvestasi adalah hal krusial agar keputusan yang diambil lebih cerdas dan minim risiko.
“Pastikan kamu memahami dengan jelas apa saja risiko yang terlibat,” jelas Benny.

Selain itu, Benny mengimbau agar setiap keputusan keuangan selalu didasarkan pada prinsip-prinsip yang legal dan logis.

“Mindset yang perlu ditanamkan bukan hanya tentang bagaimana menghasilkan uang, tetapi juga bagaimana mengelolanya dengan tepat dan bijaksana. Pastikan setiap langkah finansial yang diambil mematuhi aturan yang berlaku dan tidak tergoda oleh iming-iming keuntungan instan,” pungkas Benny.

Prinsip Keuangan

Direktur Utama PT. Persero Batam Arham S. Torik mengingatkan salah satu prinsip dasar dalam pengelolaan keuangan adalah menjaga pengeluaran agar tidak melebihi pemasukan.

"Mereka harus membuat anggaran yang sesuai dengan gaya hidup. Perencanaan ini penting, khususnya untuk Gen-Z, karena hari ini kamu kerjakan, itu akan menentukan masa depan. Karena tantangan ke depan akan lebih dinamis," ujarnya.

Dia menekankan perlunya kesadaran diri dalam membatasi pengeluaran agar sesuai dengan anggaran yang ada.

Arham juga menggarisbawahi pentingnya bagi Gen-Z untuk menetapkan anggaran yang realistis, yang mencerminkan kebutuhan mereka secara jujur tanpa mengikuti gengsi atau keinginan semata.

"Banyak dari Gen-Z mungkin belum memiliki perencanaan yang matang, biasa disebut besar pasak daripada tiang," katanya.

Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Serang Raya Endang Tri Santi mengingatkan Gen Z akan pentingnya literasi di era digital.

Menurutnya, kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk memilah informasi yang valid dari yang menyesatkan, terutama agar generasi Z terhindar dari keputusan finansial yang berisiko.

“Di tengah tsunami informasi saat ini, sikap kritis sangat diperlukan. Kita harus selalu cek data dan verifikasi sumber dengan teliti, karena hal ini akan membantu kita terhindar dari keputusan finansial yang merugikan,” tegas Santi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan generasi Z atau Gen-Z menjadi yang terendah dalam skala nasional.(mcr10/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler