jpnn.com, JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir saat ini terus berupaya melakukan transformasi memperbaiki kinerja kementeriannya tersebut.
Hal ini terungkap dalam webinar Forum Diskusi Kopi Pahit khusus membahas upaya Menteri BUMN Erick Thohir dalam transformasi kinerja perusahaan-perusahaan pelat merah.
BACA JUGA: Pekerjakan Disabilitas, Perusahaan dan BUMN Ini Terima Penghargaan dari Menaker
Diskusi virtual kali ini bertajuk "Transformasi BUMN" digelar Rabu (1/12).
Hadir sebagai pembicara Founder Monday Media Group, dan juga Komisaris Independen PT Jamkrindo Muchlas Rowi, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, Direktur Utama PT Krakatau Steel Silmy Karim, dan Komisaris Independen PT Semen Baturaja Endang Tirtana.
BACA JUGA: Sah, Erick Thohir Jadi Anggota Kehormatan GP Ansor
Dalam kesempatan itu Muchlas Rowi mengatakan kementerian di bawah nahkoda Erick Thohir tersebut telah mengubah perusahaan-perusahaan BUMN menjadi makin berdaya saing.
Hal ini tidak lain karena upaya transformasi yang diperjuangkan oleh Erick.
BACA JUGA: Maaf! Tak Ada Cuti Lagi bagi ASN, BUMN, hingga Karyawan Swasta Selama Nataru
Muchlas mengungkapkan, upaya-upaya yang dilakukan Erick antara lain melakukan restrukturisasi dengan memangkas perusahaan BUMN dari 142 menjadi 107 perusahaan.
Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari Kepres Nomor 40/M Tahun 2020 tentang Pembentukan Tim Percepatan Restrukturisasi BUMN, yang bertujuan menyehatkan BUMN.
Selain itu, kata Muchlas, Erick juga mencanangkan AKHLAK sebagai core value BUMN. Upaya ini dimaksudkan untuk melakukan transformasi human capital dan meningkatkan daya saing BUMN agar menjadi pemain global dan menjadikan BUMN sebagai pabrik talenta bukan pabrik wacana.
"Kerja keras ET ternyata menuai hasil cukup mengesankan. Paling tidak ini terlihat dari laba bersih konsolidasi BUMN pada Kuartal III tahun 2021 yang mencapai Rp61 triliun. Bandingkan dengan raihan laba bersih konsolidasi BUMN tahun sebelumnya yang hanya Rp13 triliun," kata Muchlas.
Sementara itu, Arya Sinulingga mengatakan bahwa Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mendorong Ekonomi Berkelanjutan.
Memiliki jumlah usia muda produktif yang cukup banyak, Indonesia masih kekurangan skilled workers atau tenaga terdidik. Rendahnya produktivitas juga masih menjadi persoalan.
Tantangan lainnya, kata Arya adalah pembangunan yang belum merata, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, ketidakpastian global, Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital, dan dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
“Sumber daya manusia berputarnya di Jawa. Ini tantangan besar dan Pak Jokowi melakukan banyak pembangunan mendorong pemerataan di seluruh Indonesia sampai dengan mendorong pemindahan ibukota. Itu semua adalah bagian dari pemerataan,“ ungkap Arya.
Terkait dengan hal tesebut Arya menegaskan sumber daya alam yang baik tidak dapat maksimal tanpa SDM yang berkualitas sehingga masih terjadi mobilitas SDM menuju ke Pulau Jawa.
Arya mengungkapka BUMN berperan sebagai value creator dan agent of development dalam mengembangkan sektor strategis dan merupakan sepertiga dari perekonomian nasional.
Selain itu, peran BUMN juga sangat strategis terkait pembangunan infrastruktur yang mana swasta tidak meliriknya. Pembangunan yang menguntungkan dalam jangka panjang dan menunjang iklim investasi sangat diperlukan.
Menjawab pertanyaan terkait pembagian antara sektor ekonomi ayng dikelola BUMN dan swasta, Arya memberikan ilustrasi terkait pembangunan jalan tol.
“BUMN hadir terutama di sektor-sektor dimana swasta tidak hadir. Misalnya dalam pembangunan jalan tol di Aceh atau di Pelambang,” ujarnya.
Narasumber lain, Endang Tirtana menyoroti kesuksesan transformasi BUMN adalah karena strong leadership atau kepemimpinan yang kuat dari seorang Erick Thohir.
Menurutnya, transformasi tidak akan berjalan jika tidak ada political will dan kesungguhan yang kuat.
Misalnya, upaya restrukturisasi dengan merampingkan sejumlah perusahaan BUMN, yang artinya juga merampingkan struktur yang ada di dalamnya. Menurut Endang, hal itu tentunya tidak mudah dilakukan, namun diterobos oleh Erick Thohir.
"Makanya tidak heran jika Pak Erick Thohir banyak mendapat kritik tuduhan dari pihak tertentu karena adanya upaya restrukturisasi. Karena ini sebelumnya sudah kronis di dalam tubuh BUMN, lalu datang pak Erick, dengan strong leadership lalu mengubah itu semua," kata Endang.
Menurut Komisaris Semen Baturaja itu, upaya Erick Thohir merampingkan struktur di BUMN juga dalam rangka mendorong agar perusahaan pelat merah itu lebih akuntabel, transparan, dan profesional.
Sementara itu, Silmy Karim membagikan kunci sukses restrukturisasi di PT. Krakatau Steel. Seperti diketahui, perusahaan baja yang terletak di Kota Cilegon itu kini mencapai kinerja positif dan menuai keuntungan setelah delapan tahun lamanya mengalami kerugian.
Kunci sukses tersebut yakni, pertama, yang harus dimiliki perseroan untuk sukses dalam restrukturisasi adalah sistem. Kedua, manusia atau sumber daya manusia (SDM). Kedua hal ini, menurutnya dapat dijembatani dengan menghadirkan digitalisasi.
Menurut Silmy, peran digitalisasi ini penting untuk transparansi. Semakin transparan, yang banyak yang mengawasi, semakin transparan proses dari pada pengambilan keputusan, GCG nya (Good Corporate Governence) otomatis lebih baik.
Selain itu, digitalisasi juga membantu dalam pengambilan keputusan, ketika informasi itu cepat sampai artinya harus mereponnya juga dengan cepat, begitu juga ketika ada peluang harus juga direspon cepat.
"Selanjutnya, efisiensi digitalisasi akan memabntu memberikan informasi-informasi dan hal-hal yang kaitannya dengan ruang untuk terjadinya optimalisasi. Apakah itu dalam penggunaan bahan baku, SDM, prasional dan lain sebagainya," pungkas Silmy. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia