Generasi Milenial Diajak Menjadi Pelopor Perdamaian

Jumat, 30 November 2018 – 08:46 WIB
Sarasehan Nasional Kearifan Lokal Tahun 2018 bertema "Aktualisasi Kearifan Lokal Sebagai Identitas Kebudayaan di Era Milenial" yang berlangsung di Jakarta, Kamis (29/11) malam. Foto: Istimewa

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Sosial (Mensos) Agus Gumiwang Kartasasmita mengajak generasi milenial untuk menjadi pelopor perdamaian, pelopor aktualisasi nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Di era milenial ini, kata Mensos Agus, penetrasi dampak globalisasi menjadi semakin kuat seiring semakin meningkatnya tingkat kemajuan teknologi informasi.

BACA JUGA: Perbankan Bersaing Tawarkan KPR untuk Generasi Milenial

"Berkat revolusi teknologi informasi dewasa ini, informasi begitu mudah diakses oleh semua orang dan mengubah perilaku generasi muda yang lahir dari tahun 1980. Merekalah yang kita kenal sebagai generasi milenial, generasi yang tumbuh di tengah-tengah era globalisasi," tutur Mensos saat menyampaikan Orasi Budaya dalam Sarasehan Nasional Kearifan Lokal Tahun 2018 bertema "Aktualisasi Kearifan Lokal Sebagai Identitas Kebudayaan di Era Milenial" yang berlangsung di Jakarta, Kamis (29/11) malam.

Dia mengatakan, arus globalisasi dan teknologi informasi yang sangat cepat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara pandang, budaya, dan gaya hidup di kalangan generasi milenial saat ini. Karakteristik generasi milenial sendiri mungkin berbeda-beda ditentukan oleh daerah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, secara umum karakter mereka dibentuk oleh keakraban mereka dengan teknologi.

BACA JUGA: Paramount Land Gaet Generasi Milenial via Promo Bang! 345

Teknologi menggeser aktivitas mereka yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Implikasi sosialnya, ada kecenderungan kalangan generasi milenial menjadi asosial karena asyik berkutat dengan gawai yang menyediakan banyak hal secara cepat. Perilaku asosial menyebabkan generasi milenial tidak lagi akrab dengan seni dan budaya lokal.

"Hal yang bernuansa lokal seakan menjadi sesuatu yang usang atau ketinggalan jaman. Kondisi tersebut menyisipkan pesan tentang pentingnya kearifan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi agar kemampuan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan budaya lokal tidak tumpul," katanya.

BACA JUGA: Jangan Sampai Generasi Milenial Dikendalikan Media Sosial

Dikatakan Mensos, kearifan lokal merupakan salah satu pembentuk identitas bangsa Indonesia dan generasi milenial adalah penerus bangsa. Selain itu menjadi salah satu pilar penting terciptanya harmoni hubungan antarmasyarakat, termasuk dalam pemanfaatan sumber daya alam agar tidak menimbulkan konflik sosial.

"Kearifan lokal yang sejak dulu menjadi identitas bangsa jangan sampai terkikis oleh budaya global yang masuk seiring berkembangnya kemajuan teknologi," tuturnya.

Mensos mencontohkan beberapa tradisi yang ada di Indonesia, seperti di Maluku ada Pela Gandong yang merupakan ikatan persatuan dengan saling mengangkat saudara antara satu dengan lainnya. Pada masyarakat Luwu di Sulawesi terdapat tradisi Tudang Sipulung Manre Saperra yaitu duduk bersila bersama menyantap makanan sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur kepada yang Maha Kuasa, sambil menumbuhkan keyakinan tali persaudaraan yang harmonis, sehingga kebersamaan tersebut dapat menjadi landasan untuk membangun masyarakat yang sejahtera. Begitu juga dengan Manado yang menganggap semua orang adalah bersaudara “kita torang bersaudara.”

Sementara itu, Di Minangkabau dikenal Tungku Tigo Sajarangan yang merupakan model kepemimpinan yang menjadi perekat harmoni kehidupan masyarakat. Masyarakat Dayak di Kalimantan Barat mengucapkan salam pembuka dengan kalimat “Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata” yang bermakna persaudaraan satu sama lain meskipun tidak saling kenal. Masyarakat Sunda memiliki tradisi Beas Perelek dan filosofi silih asah, silih asih, dan silih asuh, sementara masyarakat Bugis memiliki ungkapan “mali si parappe, rabha si patokkong”.

Kemudian ada tradisi Rembug Pekon di Lampung, Pokadulu di Sulawesi Tenggara, Awig-Awig di Bali dan Lombok Barat, Hompongan di Jambi, Sasi di Maluku, Pamali Mamancing Ikan di Maluku Utara, Mapalus di Minahasa, Moposad Dan Moduduran di Bolaang Mongondow, Bersih Deso dan Wewaler di Jawa Timur, dan banyak kearifan lokal lain yang tidak dapat saya sebut semua di sini.

"Indonesia memiliki simpul kearifan-kearifan lokal yakni Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang telah ada sejak dulu harus terus diimplementasikan sebagai dasar berperilaku masyarakat Indonesia. Jika kita yakin nilai-nilai Pancasila dapat mengantar kita menuju kemajuan bangsa dan nasional, maka secara konsisten kita harus mengamalkan seluruh sila Pancasila," katanya. (jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Generasi Milenial Jangan Golput ya


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler