jpnn.com, SURABAYA - Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Jawa Timur tersenyum selama Ramadan dan Idulfitri.
Sebab, kinerja bisnis kuliner meningkat pada momen tersebut.
BACA JUGA: Garap Milenial Indonesia, Scoot Tambah 6 Rute Baru
Ada saja keluarga atau komunitas yang menggelar buka bersama atau halalbihalal di restoran atau kafe anggota Apkrindo.
Jika dibandingkan dengan bulan-bulan biasa, peningkatan penjualan mencapai 20–30 persen.
BACA JUGA: Informasi Terbaru Harga Daging Sapi
BACA JUGA: Coconut Seafood, Menu Unik Buka Puasa dari Kedai Fatimah
Ketua Apkrindo Jatim Tjahjono Haryono menyatakan, peningkatan paling pesat terjadi di restoran dan kafe yang terletak di mal.
BACA JUGA: Rumah Milenial Bicara Pentingnya Visi Pengembangan SDM Kaum Muda
“Sebab, fasilitas di dalam mal sudah lengkap. Setelah makan, bisa langsung belanja atau bisa juga Tarawih di masjid eksekutif yang disediakan,’’ tuturnya di Surabaya, Kamis (30/5).
Dia menambahkan, sebagian besar pengunjung restoran atau kafe justru berasal dari luar Surabaya. Yakni, Solo, Semarang, Madiun, dan Banyuwangi.
Namun, Apkrindo belum memiliki data resmi terkait dengan pengunjung dari luar Surabaya itu.
’’Mereka yang dari luar kota kalau buka puasa di Surabaya pasti sekalian belanja. Sebab, mal besar yang dekat dari Solo atau Semarang ya di Surabaya ini. Lewat tol cepat,’’ papar Tjahjono.
Apkrindo berharap kinerja positif bisnis kuliner bisa menutup kekurangan pada triwulan pertama lalu yang lesu.
’’Secara keseluruhan, angka penjualan resto dan kafe di Jatim memang turun 20 persen di tiga bulan pertama 2019. Banyak penyebabnya,’’ imbuhnya.
Dia menyebut isu politik menjadi salah satu penyebab lesunya bisnis kuliner sepanjang Januari–Maret.
Namun, Tjahjono optimistis pada semester kedua nanti angka penjualan kuliner Jatim bisa double digit. Apalagi, belakangan banyak kafe baru yang bermunculan.
Menurut Tjahjono, hal itu bisa memberikan dampak yang baik untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Beberapa contoh tempat makan baru yang akan buka di Surabaya adalah saladstop, nasi goreng milenial, dan kopi becak.
’’Uniknya, semua owner-nya adalah anak muda,’’ ungkap Tjahjono.
Apkrindo memang mengakui bahwa tren pengusaha muda di rentang usia 22–30 tahun meningkat secara signifikan.
Sebanyak 30–40 persen dari semua bisnis kuliner di Jatim dimiliki kalangan milenial. Rata-rata mereka membidik segmen menengah. (car/c5/hep)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Biayai Pembangunan Infrastruktur, Pemprov Jatim Bakal Terbitkan Obligasi
Redaktur : Tim Redaksi