Generasi Z Harus Kreatif Perangi Radikalisme di Medsos

Jumat, 11 November 2022 – 04:44 WIB
Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi dalam bedah buku karyanya yang berjudul “Kontestasi Ideologi Politik: Gerakan Islam Indonesia di Ruang Publik Digital”. Foto tangkapan layar YouTube BLA Jakarta 

jpnn.com, JAKARTA - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Saadi mengatakan generasi muda menjadi salah satu ujung tombak untuk memerangi paham radikalisme dan intoleransi di era digital saat ini.

Hal itu bisa dilakukan dengan melawan narasi-narasi radikal yang bertebaran di media sosial melalui konten positif dan kreatif.

BACA JUGA: Hasil Riset: Kampus Homogen Rawan Disusupi Radikalisme

"Tentunya sangat diperlukan dan bisa dilakukan dengan membuat narasi atau konten yang menarik," kata Wamenag Zainut dalam bedah buku karyanya yang berjudul “Kontestasi Ideologi Politik: Gerakan Islam Indonesia di Ruang Publik Digital” di Grand Sahid Hotel Sudirman Jakarta, Kamis (10/11).

Generasi Z yang saat ini sebagai kaum yang menguasai wilayah digital, dipandang Zainut, perlu membuat konten positif sekreatif mungkin untuk menyebarkan nilai-nilai moderasi beragama.

BACA JUGA: Makna Hari Pahlawan Bagi Wamenag Zainut, Indonesia Unggul dan Mendunia 

Hal ini untuk membendung narasi atau paham-paham radikal yang selama ini sudah menguasai ruang publik di jagat maya. 

“Karena itu saya rasa sangat penting bagi anak muda untuk memperbanyak dan mengembangkan literasi digital guna mengimbangi konten-konten radikal yang sudah tersebar,” ujarnya.

BACA JUGA: Bicara Radikalisme, Mahfud MD Singgung Aksi Wanita Bercadar Membawa Pistol ke Istana

Zainut juga mengingatkan, hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta menyebutkan masyarakat kelas menengah muslim perkotaan cenderung memperhatikan konten dari kalangan radikal. 

"Di ruang digital cenderung memperoleh perhatian dari kalangan kelas menengah muslim perkotaan yang sedang dilanda gelombang titik balik agama," imbuhnya.

Hasil studi PPIM juga menunjukkan bahwa aktor-aktor yang membangun narasi keagamaan yang bersifat konservatif dan islamis cenderung lebih mendominasi di media sosial.

PPIM menambahkan, dari 24 akun sentral yang mengontruksi dan mendesiminasi narasi keagamaan di media sosial seperti Twitter terlihat bahwa akun-akun yang memiliki kecenderungan pandangan Islamis dan konservatif mendominasi viralitas twit seputar keagamaan.

"Untungnya mayoritas umat Islam yang diwakili oleh organisasi arus utama yakni NU dan Muhammadiyah sampai saat ini masih berpegang teguh pada konsensus yang menempatkan Pancasila dan NKRI, sebagai dasar dan bentuk negara yang final," tegasnya.

Zainut juga menilai bahwa banyaknya anak muda yang justru seringkali reaktif saat menemukan narasi-narasi radikal di dunia digital justru kurang tepat. Daripada menyalurkan emosi dalam bentuk cacian atau makian lebih baik disalurkan dalam bentuk kreativitas. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler