jpnn.com, JAKARTA - Untuk mencapai dan mempertahankan ketahanan pangan nasional, Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkaan dan menggalakkan pertanian di Indonesia melalui pertemuan evaluasi kegiatan penyuluhan pertanian melalui dana dekonsentrasi dan pinjaman hibah luar negeri (PHLN) pada Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) Tahun 2022.
Pertemuan dilakukan di Santika Hotel, Serpong, Selasa (23/8).
BACA JUGA: Kombes Hengki Haryadi Terseret Kasus Ferdy Sambo, Kalau Irjen Fadil Imran? Sabar
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan bahwa program SIMURP memberikan banyak manfaat untuk petani dan penyuluh.
“SIMURP mengajarkan banyak hal kepada petani. Khususnya bagaimana melakukan pertanian pintar dalam menghadapi perubahkan iklim. Termasuk bagaimana cara mengantisipasi dan menangani penyakit tanaman,” tuturnya.
BACA JUGA: AKP Ketut Agus Wardana Melawan Instruksi Kapolri, Kariernya Bakal Tamat
Menurut Mentan, pertanian menjadi salah satu sektor yang mampu bertahan di tengah banyak krisis yang sedang dihadapi Indonesia bahkan dunia, seperti covid, konflik negara, serta climate change.
Maka, kata dia, pertanian harus terus berjalan demi terjaganya ketahanan pangan nasional.
BACA JUGA: Putri, Bripka RR, Bharada E, dan Ferdy Sambo Berkumpul: Siapa yang Sanggup Menembak Brigadir J?
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nusyamsi saat membuka pertemuan tersebut mengatakan penyuluhan pertanian telah berkontribusi besar terhadap peningkatan produktivitas pertanian sehingga Indonesia dapat mencapai sistem pertanian yang tangguh.
"Ini dibuktikan dengan diterimanya penghargaan Swasembada Beras Tahun 2019-2021 dari International Rice Research Institute (IRRI) kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada 14 Agustus 2022 lalu," ujarnya.
Dedi menambahkan keberhasilan tersebut karena petani menerapkan inovasi tekologi dan gencarkan kegiatan penyuluhan.
"Evaluasi ini bertujuan mengetahui sejauh mana peningkatan kegiatan penyuluhan pertanian secara keseluruhan. Hingga saat ini jumlah penyuluh dengan jumlah desa masih jauh dari ideal. Yang seharusnya satu desa satu penyuluh, tapi kenyataannya sekarang satu penyuluh 2 desa bahkan bisa lebih," kata dia.
Namun kini dengan memanfaatkan IT, kekurangan tenaga juga keuangan cukup dapat teratasi, sepanjang daerah itu masih mendapatkan signal maka program pemyuluhan dapat tetap berjalan.
Lebih lanjut dirinya menuturkan, kegiatan SIMURP utamanya ditujukan untuk membangun resiliensi ketangguhan pertanian Indonesia terhadap Climate Change.
"Oleh karena itu, di dalam SIMURP disajikan berbagai inovasi teknologi yang betul-betul adaptif dan mitigatif terhadap perubahan iklim yang terjadi. Juga mampu beradaptasi dari cekaman biotik yaitu tahan hama penyakit, maupun abiotik yaitu kekeringan dan banjir dan intrusi air laut. Selain itu teknologi yang mitigatif yang mampu meminimalkan emisi gas rumah kaca, rendah emisi metan seperti dodokan dan sebagainya," katanya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Bustanul Arifin Caya mengatakan penerapan program SIMURP berdampak pada produktivitas pertanian yang signifikan mencapai 30% hingga 45%.
Dengan penerapan CSA (Climate Smart Agriculture) terbukti ramah lingkungan, menekan kerusakan lingkungan sebab dari bahan agro kimia seperti resilen pestisida dan logam berat.
"Program SIMURP untuk tahun ini lokasinya belum diperluas, tergantung pada respons serta kesiapan daerah masing-masing, bila ada daerah progresif dan berinisiatif, dapat diusulkan untuk dimasukkan dalam program," tegasnya. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buntut Pembunuhan Brigadir J, Eks Kapolres Jaksel Dijebloskan ke Mako Brimob
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti