Genjot Wisata Morotai, 30 Pemilik Homestay Dikumpulkan

Selasa, 28 Februari 2017 – 17:49 WIB
Pulau Morotai. Foto: JPG

jpnn.com - jpnn.com - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bersama dengan Pemerintah Daerah Morotai akan menggelar Focus Group Discussion (FGD) Homestay untuk pembangunan wisata di wilayah tersebut.

FGD itu akan digelar pada 1 Maret 2017 dengan menggandeng 30 orang pemilik homestay.

BACA JUGA: Wujudkan Morotai Pede sebagai Destinasi Kelas Dunia

"Untuk homestay di Morotai sedang dilakukan survei lokasi-lokasi yang akan dibangun. Besok kami mengundang pemilik homestay yang sudah ada. Kami akan ajak mereka membangun lagi homestay, dan mempercepat pembangunannya," ujar Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Hiramsyah Sambudy Thaib.

Seperti diketahui, kementerian di bawah komando Arief Yahya itu tengah menargetkan membangun 100 ribu homestay di 10 destinasi prioritas hingga 2019 atau 20 ribu homestay untuk 2017.

Pembangunan homestay akan diprioritaskan pada 10 destinasi yang biasa disebut dengan 10 Bali Baru.

Yakni Danau Toba (Sumatera Utara), Kawasan Gunung Bromo (Jawa Timur), Mandalika (Nusa Teggara Barat), Pulau Morotai (Maluku Utara), Tanjung Lesung (Jawa Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Borobudur (Daerah Istimewa Jogjakarta), dan Pulau Belitung (Bangka-Belitung).

Hiram menjelaskan, untuk pembangunan homestay ini akan melibatkan BUMN, BUMD atau perorangan.

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menyatakan kesiapannya untuk berkontribusi dalam pengembangan sektor wisata di Morotai termasuk membangun homestay.

“Keindahan alamnnya di Morotai sangat luar biasa, kami akan mengajak BUMN, perbankan dan investor untuk ikut dalam pengembangan kawasan wisata ini. Untuk perbankan BTN sudah siap menjembatani,” jelas Hiram.

Morotai ditargetkan mendatangkan 500 ribu wisatawan mancanegara (wisman) pada 2019.

Karena itu, lanjut Hiram, pembangunan infrastruktur harus dipercepat, tidak hanya homestay.

"Untuk saat ini perhotelannya tidak cukup. Untuk langkah percepatan amenitas, maka diperlukan dibangun homestay di sana. Selain itu juga akan diperhatikan terkait aksesbilitasnya," kata Hiram.

Saat ini, Hiram melanjutkan, pemerintah sudah mempersiapkan bandara Morotai menjadi bandara Internasional.

Di antaranya telah dilakukan upaya membuka jalur penerbangan ke Morotai, dan peningkatan kualitas bandara.

"Diharapkan overlay runway dilakukan 2017, paling lambat 2018. Akan ada kerjasama dengan maskapai penerbangan Citilink untuk melakukan penerbangan rute ke Morotai langsung," papar Hiram.


PIC Destinasi Morotai Ari Surhendro menambahkan, dari survei yang dilakukan, pembangunan homestay memang mendesak diperlukan.

Khususnya untuk spot wisata Pulau Dodola yang makin digemari wisatawan.

"Pulau Dodola juga menjadi tempat favorit snorkling dan diving. Keindahan bawah lautnya tidak kalah menawan, tercatat ada 13 titik penyelaman di tempat ini. Tidak hanya itu saja, terdapat beberapa kapal dan pesawat perang yang karam peninggalan Perang Dunia II," terang Ari.

Pulau Dodola terletak di sebelah barat Pulau Morotai. Dari Tobelo, perjalanan ditempuh menuju daruba dan dilanjutkan dengan menggunakan speedboat menuju Pulau Dodola yang memakan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Pulau Dodola sebenarnya terbagi dua, yaitu Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil. Keindahan kedua pulaunya tidak berbeda jauh.

Pasir pantainya sangat putih dan sehalus bubuk, dijamin betah berlama-lama berjemur di pinggir pantainya. Pemandangan lautnya yang hijau, jernih dan kebiru-biruan, akan menambah rasa kagum," pungkas Ari.(jpnn)


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler