jpnn.com - BANYUWANGI - Pemkab Banyuwangi terus menggeber sejumlah inovasi. Salah satunya adalah di bidang kesehatan. Beberapa di antara inovasi tersebut, masuk dalam jajaran terbaik versi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. (Kemenpan-RB).
Yang terbaru adalah inovasi Pujasera (Pergunakan Jamban Sehat, Rakyat Aman). Program itu jadi nominator layanan publik terbaik 2016 yang kini memasuki tahap penilaian akhir.
BACA JUGA: Kapan Sarkem Bisa Menyusul Dolly dan Kalijodo?
"Pujasera menjadi salah satu inovasi pelayanan publik terbaik di Kemenpan-RB. Ini untuk kesekian kalinya inovasi dari Banyuwangi masuk dalam jajaran terbaik nasional. Tentu ini menjadi pemacu semangat bagi kami untuk meningkatkan kualitas inovasi layanan," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Layanan Pujasera tersebut telah diuji oleh tim independen Kemenpan-RB yang di antaranya beranggotakan Prof Dr JB Kristiadi, Prof Dr Eko Prasojo, Prof Dr Siti Zuhro, dan Wawan Sobari PhD.
BACA JUGA: Dibutuhkan 1.000 PNS Lagi
Pujasera adalah inovasi yang dijalankan Puskesmas Tampo, Banyuwangi. Inovasi ini adalah gerakan bebas buang air besar (BAB) di sembarang tempat alias Open Defecation Free/ODF.
Yang menjadi subyek gerakan ini adalah masyarakat desa di wilayah Puskesmas Tampo, di mana sebagian warga di wilayah selatan Banyuwangi itu masih memiliki kebiasaan BAB di sungai.
BACA JUGA: Ketua KPU: Sebelum Jokowi, KPU sudah Lelang Jabatan
Anas mengatakan, ada beberapa kasus di mana warga masih BAB di sungai bukan semata-mata karena persoalan ekonomi, tapi karena sudah kebiasaan.
"Ada yang punya ternak banyak, artinya secara ekonomi relatif mencukupi, tapi tetap BAB di sungai karena kalau di jamban justru bagi mereka tidak nyaman. Oleh karena itu, pendekatannya terintegrasi. Ada peran tokoh agama, ada aspek kesehatan, dan ada intervensi ekonomi bagi warga yang kurang mampu membikin jamban sendiri," kata Anas.
Kepala Puskesmas Tampo Tatiek Setyaningsih mengatakan, inovasi Pujasera dilaksanakan melalui sejumlah program. Pertama, kampanye ODF secara masif melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan Satgas ODF. Puskesmas Tampo juga membentuk komunitas Kader Pujasera yang kini mencapai 50 orang yang siap siaga membantu warga untuk menetahui detil manfaat progra Pujasera.
Kedua, gerakan membongkar jamban di sungai, di mana dalam aksi ini kader Pujasera menancapkan pengumuman berisikan ajakan menggunakan jamban sehat.
Ketiga, memberikan pinjaman dengan bunga lunak bermitra dengan program lain dari pemerintah yang melibatkan penyedia bahan bangunan. Di dusun setempat juga dibentuk "Arisan Jamban" yang diikuti warga kurang mampu. Setiap bulan, arisan diundi.
"Setelah itu, warga dan kader Pujasera bersama-sama membangunkan jamban untuk warga kurang mampu tersebut. Juga ada intervensi pemerintah dalam bentuk bantuan untuk melengkapinya," jelas Tatiek.
Hasil dari gerakan ini, kata Tatiek, di wilayah Puskesmas Tampo terwujud 2 desa ODF dari empat desa. Sebelumnya, hanya ada 1.034 keluarga yang memiliki jamban, kini sudah menjadi 5.025 keluarga atau meningkat 386 persen.
"Tahun ini juga empat desa di Puskesmas Tampo bisa ODF semuanya. Semua keluarga akan memiliki jamban pribadi," kata alumnus Magister Manajemen Kesehatan Universitas Brawijaya itu.
Selain itu, angka kesakitan yang disebabkan penyakit lingkungan buruk semakin menurun. Dari 35 persen (2013) menjadi 18 persen (2015), diare dari 28,2 persen menjadi 12 persen. Lalu Typoid dari 8,7 persen menjadi 38 persen, DHF dari 0,25 persen menjadi 0,10 persen, Influenza dari 10,3 persen menjadi 8,5 persen. (eri/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Alhamdulillah, Gubernur Ganteng Ini Sambangi Korban Banjir
Redaktur : thomas