Gerakan Kentongan Perubahan Makin Masif, Gus Rouf: Negara Tidak Sedang Baik-Baik Saja

Minggu, 14 Januari 2024 – 12:51 WIB
Ketua Forum Masyarakat Santri Nusantara (FormasNU), Ahmad Rouf Qusyairi menilai Pemilu 2024 sebagai pemilu yang paling rawan dengan kecurangan dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu (13/1). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Forum Masyarakat Santri Nusantara (FormasNU), Ahmad Rouf Qusyairi menilai Pemilu 2024 sebagai pemilu yang paling rawan dengan kecurangan.

Pasalnya, langkah politik putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto membuat kontestan lain seolah menghadapi “incumbent bayangan”.

BACA JUGA: Cawe-Cawe Penguasa di Pilpres 2024 Membahayakan Demokrasi

“Secara langsung kita memang tidak berhadapan dengan incumbent. Namun jelas, arah dukungan Jokowi ke paslon 02 itu kita rasakan betul di lapangan,” kata Ahmad Rouf Qusyairi, dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu (13/1).

Pria yang akrab disapa Gus Rouf ini mengakui selalu ada potensi kecurangan di setiap pemilu, karena siapa pun yang terlibat akan menggunakan segala cara untuk mewujudkan cita-citanya berkuasa. 

BACA JUGA: ABI Tidak Ingin Cawe-Cawe di Politik, Harapkan Pemilu 2024 Berkualitas

“Tinggal bagaimana kita meminimalisir potensi kecurangan itu, syukur-syukur bisa nol koma sekian persen. Karena ini menyangkut kualitas demokrasi, sehingga hasil kontestasi pileg maupun pilpres benar-benar punya legitimasi kuat dan dapat diterima publik,” lanjutnya. 

Pria yang juga menjabat Deputi Santri Milenial di Timnas AMIN itu menyebutkan sebagai upaya menekan kecurangan pemilu, FormasNU bersama Tim Pemenangan Nasional Anies-Muhamin (Timnas Amin) menggalang partisipasi publik lewat gerakan Kentongan Perubahan.

BACA JUGA: Bob Andika Mamana Sitepu PDIP Membantah Ada Anggotanya Cawe-cawe Proyek di Kemenhub

“AMIN menggerakkan rakyat untuk mengawasi pemilu di semua tahapan karena indikasi kecurangannya begitu nyata. Kenapa kentongan, karena ini sudah familiar di Indonesia. Di kampung-kampung kalau ada bahaya perampokan, kebakaran atau banjir itu selalu dibunyikan kentongan,” ujar Gus Rouf.

Kentongan, lanjut Gus Rouf, menjadi simbol peringatan berbasis kebajikan lokal, bahwa kondisi negara tidak sedang baik-baik saja.

“Apalagi di saat yang sama, lembaga penyelenggara pemilu juga terlihat agak kendor,” jelasnya.

Gus Rouf menyadari di era digital seperti sekarang, kentongan sudah menjadi barang usang di mata milenial.

“Era digital itu memang menuntut kreativitas yang punya value. Nah makanya kentongan ini menjadi tool atau alat untuk menyamakan frekuensi, tetap nanti diekspos melalui social media dan sebagainya,” tambah Rouf.

Dia juga bersyukur, terobosan ini mendapat respons positif dari masyarakat.

"Alhamdulillah dari teman-teman banyak yang tertarik karena kami bagikan gratis. Sudah diproduksi puluhan ribu kentongan," tuturnya. 

Gus Rouf mengajak masyarakat, terutama pendukung AMIN untuk membuat gentar siapa pun yang berniat curang, dengan mendatangi TPS sambil membawa kentongan pada 14 Februari nanti. 

“Saya kira ini akan memunculkan confident. Karena simple, begitu ada indikasi kecurangan tinggal bunyikan kentongan, tidak lagi terjebak pada prosedural,” pungkas Gus Rouf.(mcr8/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur : Budianto Hutahaean
Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler