Gerakan Lokal

Oleh Dahlan Iskan

Senin, 17 Juni 2019 – 05:18 WIB
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Carrie Lam mengalah. Sedikit. Proposal ekstradisinya tidak harus disahkan buru-buru.

Tidak lagi harus jadi UU minggu depan. Bahkan pemimpin tertinggi Hong Kong itu tidak menetapkan harus kapan.

BACA JUGA: Rakyat Hong Kong Marah, Tiongkok Cuci Tangan

Pedemo justru seperti mendapat angin baru. Langkah surut Carrie Lam justru dipakai untuk lebih menekannya.

Demo tetap dilancarkan. Hari Minggu kemarin. Saat saya menulis naskah ini demo sudah dimulai. Jam 3 pagi waktu Amerika.

BACA JUGA: RUU Ekstradisi Ditunda, Rakyat Hong Kong Tetap Demonstrasi

Kelihatannya bisa lebih besar lagi. Dengan dress code hitam. Bahkan mereka sudah pemanasan sejak Sabtu.

Mereka justru membawa tuntutan baru. Carrie Lam mengundurkan diri. Aktivis yang ditahan harus dilepas.

BACA JUGA: Jumat Kecil

Proposal ekstradisi harus dibatalkan sama sekali. Tidak hanya ditunda.

Carrie Lam harus cabut pernyataannya Rabu lalu: bahwa demo itu kerusuhan.

Tokoh-tokoh demo sudah tidak percaya lagi pada kepemimpinan Carrie Lam. Mereka juga menyatakan polisi telah bertindak melebihi kewajaran.

Memang tidak ada yang meninggal, tetapi 80 orang terluka. Termasuk 22 orang polisi.

Pedemo kemarin banyak yang membawa bunga kematian. Beberapa anak muda dari Taiwan terbang ke Hong Kong. Mendukung demo. Lalu terbang balik 1,5 jam ke Taiwan.

Lantas bagaimana?

Kuat-kuatan?

Di Hong Kong sudah biasa begitu. Lima tahun lalu, misalnya. Demonya sangat besar. Juga sangat lama: 77 hari.

Ada 'Gerakan Payung' saat itu. Semua pedemo membawa payung. Mengembangkannya. Menjadi sangat menarik.

Demo waktu itu melahirkan tokoh muda legendaris. Salah satunya baru berumur 23 tahun: Nathan Law Kwun Chung.

Terpilih menjadi presiden mahasiswa Lingnan University. Dua tahun kemudian Nathan terpilih jadi anggota DPR.

Nathan lahir di Shenzhen, Tiongkok. Dari ayah Hong Kong dan ibu Tiongkok. Saat umur 10 tahun ia pindah ke Hong Kong.

Tidak lama Nathan jadi anggota DPR. Pengadilan mencopotnya. la diadili. Dengan tuduhan separatis. Dihukum 7 bulan.

Seorang hakim tinggi menjaminnya. Agar dapat status tahanan rumah.

Saat Nathan punya anak, sang anak diberi nama. Kalau diterjemahkan, 'Aspirasi'.

Nathan tetap konsisten dengan perjuangannya: Hong Kong harus menjadi negara sendiri. Daiam ikatan Persemakmuran (bekas jajahan Inggris).

Nathan mendirikan partai. Namanya: Demosisto.

la tidak sendirian. Dua lagi tokoh muda yang lahir dari huru-hara lima tahun lalu: Baggio Leung Chung Hang dan Yau Wai Ching. Satu cowok. Satu cewek. Mereka mendirikan gerakan 'Youngspiration'.

Dua-duanya kemudian juga terpilih sebagai anggota DPR. Juga sama-sama dicopot. Atas perintah pengadilan.

Tiga anak muda itu memang sangat pemberani. Saat dilantik menjadi anggota DPR, misalnya, keduanya membawa spanduk. Bunyinya: Hong Kong bukan Tiongkok. Bahkan mereka membuat plesetan 'People's Republik of China' menjadi 'People's Fuckablic of Jee-na'.

Ada dua kata yang sensitif di pelesetan itu. 'F***' dan 'Jee-na'. Yang pertama Anda sudah tahu. Yang kedua, itu panggilan hinaan saat Tiongkok dijajah Jepang.

Semua itu yang membuat mereka diadili. Dinyatakan bersalah. Dihukum. Dicopot haknya menjadi anggota DPR.

Pun setelah itu. Masih ada beberapa demo lagi.

Misalnya saat mereka menemukan anak kecil yang ikut neneknya. Anak itu lahir di Tiongkok. Orang tuanya masih ada di Tiongkok, tetapi anak itu tinggal di Hong Kong. Tanpa surat-surat.

Mereka demo. Agak besar. Ke kantor imigrasi. Agar anak itu dideportasi ke Tiongkok.

Anak itu akhirnya ambil putusan sendiri: pulang ke Tiongkok. Nama anak itu: Siu Yao Wei. Umur 12 tahun.

Tokoh lain di gerakan ini adalah seorang wanita. Namanya: Claudia Mo Man Ching Bowring. Bersuamikan orang Kanada: Philips Bowring.

Claudia kini berumur 62 tahun. Dialah pendiri partai 'Hong Kong First'. Terpilih menjadi anggota DPR dari Dapil Kowloon Barat.

Claudia-lah yang kini menentang keras Carrie Lam. Claudia memang sekolah SMA di Toronto. Lalu masuk Universitas Carlton di Ottawa. Mengambil studi jurnalistik.

Begitu lulus, Claudia menjadi wartawan kantor berita Prancis, AFP. Dia memang mahir berbahasa Prancis.

Claudia adalah wartawan, penulis, presenter dan politisi. Suaminya juga wartawan. Di Hong Kong. Pernah menjadi wartawan majalah terkemuka Far Eastern Economic Review.

Yang membentuk jiwa keras Claudia adalah keadaan. Saat dia meliput demo prodemokrasi. Di Lapangan Tian An Men, Beijing.

Itu 30 tahun lalu. Dia melihat langsung bagaimana tentara Tiongkok menggilas demonstran yang begitu besar.

Demo sudah seperti nafas harian di Hong Kong. Pernah ada demo besar justru di malam tahun baru. Dua tahun lalu.

Topiknya: melindungi kaki lima. Yang akan digusur dari Hong Kong. Alasan mereka: kaki lima adalah bagian darl kultur Hong Kong.

Mereka memang mendapat angin dari Amerika. Para tokoh gerakan payung itu sudah diusulkan mendapat hadiah Nobel Perdamaian.

Yang mengusulkan: dua anggota Kongres Amerika. Demo hari Minggu kemarin bisa jadi rekor baru dalam jumlah. Akankah juga rekor baru dalam jumlah hari? (***)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Elite Hong Kong Ikut Menolak RUU Ekstradisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler