Penulis oleh Prima Surbakti, ST Alumni ITB

Gerakan Mahasiswa: Instrumen Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Penulis oleh: Prima Surbakti, ST Alumni ITB

Jumat, 30 Agustus 2024 – 17:13 WIB
Mahasiswa. Ilustrasi Foto: Ryana Aryadita/JPNN.com

jpnn.com - Pada tahun 2045, momentum 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia atau satu abad perjalanan bangsa, Indonesia Emas 2045 menjadi sebuah gagasan fenomenal dalam mengantarkan Indonesia menjadi negara maju, sejahtera, dan memiliki daya saing di tingkat global.

Gagasan ini didukung oleh bonus demografi Indonesia dan sumber daya manusia (SDM) sebagai aset utama dan kunci keberhasilan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

BACA JUGA: Demo di Semarang: Polisi Membabi Buta Tembakkan Gas Air Mata, Puluhan Mahasiswa Dilarikan ke RS

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2023, jumlah mahasiswa yang terdaftar di Indonesia berjumlah 9.598.974.

Setiap tahun, perguruan tinggi dapat menyerap sekitar 1,8 juta lulusan SMA dan SMK dan ada sekitar 1,4 juta lulusan sarjana dan diploma setiap tahun.

BACA JUGA: Polisi Menembakkan Gas Air Mata Untuk Bubarkan Demo Mahasiswa di Semarang

Dengan populasi mahasiswa yang sangat besar, gerakan mahasiswa sebagai salah satu simbol dari kaum intelektual dan menjadi wadah dalam mempersiapkan SDM yang unggul, berkualitas dan memiliki karakter.

Tumbuh dengan moralitas dan semangat kebersamaan, melakukan kultivikasi talenta dalam mengantarkan Indonesia menjadi negara maju, sejahtera dan memiliki daya saing.

BACA JUGA: Anies Masih Punya Peluang Maju di Pilkada Jakarta, 4 Partai Ini Bisa Berkoalisi

Tantangan Gerakan Mahasiswa Menjadi Instrumen Indonesia Emas 2045

Era disrupsi teknologi merevolusi kehidupan manusia baik cara berpikir, berkomunikasi, bekerja dan berkolaborasi.

Dunia bergerak cepat, tantangan, dan peluang juga berubah dengan pesat dan mendorong gerakan mahasiswa untuk beradaptasi dengan cepat atau menghadapi resiko tertinggal dan kehilangan daya saing.

Dalam menjalankan usaha organisasi digitalisasi menawarkan kemudahan serta fleksibilitas sehingga membuat mahasiswa enggan untuk berpartisipasi dalam gerakan mahasiswa dengan struktur hirarki dan aturan yang baku, teknologi cenderung menciptakan pola hidup individualistik, keterikatan emosional dan budaya gotong royong tidak menjadi prioritas bagi mahasiswa di era digital.

Transformasi digital mengubah perilaku, aktivitas dan kegiatan mahasiswa. Kegiatan belajar mengajar berubah total, ruang kelas mengalami evolusi dengan pola pembelajaran dan pelatihan digital dengan jangkauan yang tak terbatas dan memberikan pengalaman yang lebih kreatif, partisipasi, menyeluruh dan berkelanjutan.

Di sisi lain, disrupsi teknologi menciptakan pergerakan industri dan persaingan kerja tidak linear. pekerjaan baru muncul akibat kombinasi tren makro dan adopsi teknologi. Begitu pula sebaliknya, banyak jenis pekerjaan yang hilang.

Pengalaman dan skill lebih spesifik menjadi tantangan dan hambatan bagi mahasiswa untuk mendapat pekerjaan.

Karakteristik Mahasiswa Era Digital

Evolusi era digital telah menciptakan ekosistem baru mahasiswa dan bertentangan dengan identitas pergerakan mahasiswa.

Mahasiswa cenderung lebih memilih untuk mengejar minat dan tujuan sendiri daripada terikat kepada struktur organisasi yang kaku dan membatasi kebebasan.

Mahasiswa kurang tertarik untuk berkomitmen dengan organisasi yang memerlukan keterlibatan yang intensif dan jangka panjang karena mengganggu waktu mobilitas mereka.

Mahasiswa skeptis dan tumbuh dalam era dimana tidak mendapatkan contoh yang baik dari perilaku tokoh, pemimpin atau senior dalam organisasi.

Nilai dan cara pandang mahasiswa era digital dengan pendahulu dalam hal berkomunikasi, kepemimpinan, kerja tim yang tidak sejalan dengan budaya organisasi mahasiswa lebih tertarik pada organisasi yang memberikan pengalaman yang instan, menyenangkan dan relevan dengan minat dan gaya hidup daripada berkomitmen pada kegiatan organisasi konvesional.

Lulusan diploma dan sarjana berkontribusi besar terhadap angka pengangguran lulusan diploma dan sarjana sulit mencari kerja meskipun sudah mengirimkan lamaran ke beberapa perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan.

Lapangan kerja terbatas, pasar tenaga kerja hanya menyerap sekitar 10–15 persen lulusan sarjana dan diploma setiap tahun.

Banyak sarjana tidak memiliki kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.

Sebagai instrumen Indonesia Emas 2045, gerakan mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk ikut serta memberikan sumbangsih dan melakukan tranformasi terhadap pola gerakan mahasiswa.

Pertama, gerakan mahasiswa harus memperbaharui ekosistem konvesional menjadi ekosistem digital melalui pembangunan infrastruktur digital organisasi.

Dengan adanya ekosistem digital, memperbaiki efesiensi, efektifitas dan strategic improvement dalam menjalankan usaha organisasi. Selain itu, menjadikan organisasi lebih transparan (meningkatkan kepercayaan terhadap organisasi) dan memberikan manfaat dan benefit secara langsung kepada anggota seperti pelatihan digital, jurnal, catalogue produk, informasi lowongan pekerjaan dan beasiswa, serta ruang diskusi dan hiburan.

Kedua, kultivikasi talenta melalui kepemimpinan, pendidikan, dan kesehatan. Gerakan mahasiswa menjadi kampus pelengkap dari institusi Pendidikan Tinggi.

Gerakan mahasiswa melakukan revolusi mental dan cara berpikir; membangun jiwa yang merdeka, cara pandang dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan dan modernisasi, memiliki integritas, membangun kolaborasi dan sinergitas, memiliki etos bekerja keras, bekerja cerdas dan bekerja strategis serta memperkuat wawasan dan gagasan ekonomi politik.

Gerakan mahasiswa menjadi Industri SDM yaitu kumpulan dan rumah talenta untuk mewujudkan Gerakan ekonomi: Infrastruktur digital dapat memperkuat dan memberdayakan talenta (kompetensi dan keterampilan) mahasiswa melalui pelatihan digital yang berkelanjutan.

Pengaruh gaya hidup dan budaya konsumtif (lifestyle), menjadikan gerakan mahasiswa luput dalam mengamati dan menyadari nilai juang dan militansi; memperkuat doktrin, prinsip dan nilai organisasi untuk melawan materialisme dan hedonisme.

Gerakan mahasiswa berperan sebagai corong untuk mendorong kader menduduki kepemimpinan publik; melakukan distribusi kader–kader terbaik yang memiliki kepemimpinan yang energik dan progresif dalam berbagai sturktural Lembaga negara.

Persentase mahasiswa perempuan adalah 57% dari seluruh jumlah mahasiswa. Gerakan Mahasiswa harus mendorong kesetaraan gender dan partisipasi; memberikan akses pendidikan dari berbagai sektor baik ekonomi, social, budaya dan politik, mengembangkan potensi, keahlian dan keterampilan perempuan (kultivikasi talenta) dan mendorong kader perempuan untuk ikut serta dalam kepemimpinan publik atau politik.

Ketiga, gerakan mahasiswa menjadi rumah studentprenuer (industri SDM); membangun orientasi bisnis dengan kekuatan sumber daya manusia; mendorong kolaborasi kader untuk mewujudkan gerakan ekonomi berbasis keilmuan dan kreativitas, menciptakan entrepreneur untuk mengurangi kontribusi pengangguran lulusan sarjana. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... YA Sebar 59 Video Porno Anak dan Orang Dewas Lewat Telegram


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler