jpnn.com - JAKARTA - Kegiatan rohani Islam (Rohis) di beberapa sekolah terindikasi disusupi kelompok radikal. Tak heran kegiatan Rohis yang tersusupi pemikiran intoleransi itu mulai menjadi eksklusif dan tertutup. Cenderung tidak memperhatikan lingkungannya.
Direktur Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama, Amin Khaedari mengatakan potensi gerakan radikal yang menyusup pada kegiatan Rohis di sekolah tingkat lanjutan atas sudah terindikasi sejak lama. Apalagi sejak terungkapnya tiga pelajar SMK Klaten yang merencanakan peledakan bom.
BACA JUGA: Mendikbud Segera Evaluasi K13
"Fakta-fakta itu tak bisa dipungkiri. Memang para kelompok radikal itu selalu berusaha menyusup dari berbagai kalangan, termasuk pelajar SMA dan SMK," ujar Amin Khaedari, di sela persiapan Perkemahan Pengurus Rohis Se-Indonesia, Jakarta, Selasa (11/11).
Menurutnya pemikiran kelompok radikal itu mengarahkan pada sikap intoleran di kalangan pelajar. Melalui sikap intoleran tersebut nantinya pelajar yang tersusupi pemikirannya itu diarahkan pada tindakan anarkis. Dengan target-target yang telah dipersiapkan.
BACA JUGA: Surabaya Penentu Unas Online
Lebih lanjut Amin menjelaskan pemikiran radikal yang masuk melalui kegiatan rohis patut menjadi perhatian bersama. Sangat tidak pantas membiarkan pemikiran radikal itu tumbuh dalam ruang pendidikan Indonesia.
Apalagi berkembang melalui lingkup sekolah. "Ini wajib keprihatinan semua. Tidak hanya para guru-guru agama dan orang tua. Juga institusi masyarakat harus aktif melihat indikasi itu," tegasnya.
BACA JUGA: TPG Non-PNS Cair April 2015
Tak itu saja pejabat eselon II Kementerian Agama pun berharap para guru agama di sekolah-sekolah umum bisa terlibat dalam kegiatan rohis. Tidak hanya melepas kegiatan rohis sebagai aktifitas luar jam belajar, tanpa pengawasan.
Ditambahkan dia keterlibatan guru agama dalam kegiatan rohis secara aktif bisa mencegah potensi pemikiran radikal berkembang di sekolah. Sekaligus memberikan pemahaman yang lurus terhadap ajaran agama Islam.
"Sesuai perkembangan mentalnya, pelajar SMA atau SMK itu kan cenderung labil. Maka pengaruh gerakan radikal menjadi mudah menyusup," paparnya.
Pengamat Intelejen, Wawan Purwanto menilai gerakan intoleran dan radikal tidak mungkin masuk dalam ruang sekolah dan kegiatan sekolah. Kelompok radikal pun tak melirik ruang sekolah sebagai wahana tumbuhnya pemikiran radikal.
Akan tetapi, lanjut dia, pemikiran radikal di kalangan penggiat Rohis sekolah bisa tumbuh melalui interaksi luar sekolah. Artinya para kelompok radikal itu memanfaatkan kegiatan luar sekolah sebagai tempat penyusupan pemikiran intoleransi dan radikal.
"Memang ada siswa yang terlibat pemboman. Tapi bukan didapat melalui sekolah. Pengaruh itu didapat saat pelajar itu berinteraksi di luar sekolah," tegasnya.
Dia menilai kegiatan perkemahan Rohis se Indonesia yang digelar Kementerian Agama cukup baik. Kegiatan tersebut mampu mencegah meluasnya pemikiran radikal dikalangan remaja. Sekaligus langkah antisipatif yang baik terhadap peluang masukanya pemikiran radikal ke lingkungan sekolah. (rko)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peduli Pendidikan, FIFGROUP Salurkan Rp 100 Juta di Batam
Redaktur : Tim Redaksi