Gerhana Bulan dan Purnama Berpotensi Picu Gempa

Rabu, 31 Januari 2018 – 07:08 WIB
Bulan purnama di atas Makassar, Selasa, 30 Januari 2018. Foto: TAWAKKAL/FAJAR/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gerhana bulan total akan terjadi Rabu malam, 31 Januari 2018. Fenomena langka ini juga dibumbui dengan kabar dapat terjadinya gempa bumi.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa gerhana dan purnama berpotensi sebagai pemicu gempa.

BACA JUGA: Waspadai Dampak Gerhana Bulan Total

’’Bukan sebagai penyebab gempa,’’ katanya di Jakarta, Selasa (30/1).

Thomas mengatakan sampai saat ini tidak ada satupun metode yang mampu memprediksi kapan terjadi gempa dan lokasinya dimana.

BACA JUGA: Gerhana Bulan Spesial, Terjadi Lagi Setelah 152 Tahun

’’Kalau ada yang mengkaitkan (gempa, red) dengan gerhana, memang punya potensi sebagai pemicu,’’ tutur guru besar riset di bidang astronomi itu.

Dia menuturkan gerhana dan purnama dapat memicu pelepasan energi pergeseran lempeng bumi.

BACA JUGA: 31 Januari, Gerhana Bulan Terlama Abad Ini

Pada saat terjadi gempa yang memicu terjadinya tsunami di Aceh 2004 lalu juga tidak jauh-jauh dengan adanya fenomena bulan purnama.

Thomas menerangkan, ketika purnama dan gerhana bulan terjadi dalam waktu bersamaan, saat itulah terjadi puncak pasang air laut.

Daya grativitasi bulan saat terjadi purnama dan gerhana bulan jauh lebih besar dibandingkan purnama biasanya.

Ketika di suatu perairan mengalami pasang akibat gaya grafitasi bulan, ada perairan laut lain yang mengalami surut maksimal.

Nah ketika terjadi kondisi air surut maksimal itu, beban yang selama ini ’’dipikul’’ lempeng bumi menjadi lebih ringan.

Saat beban itu lebih ringan, maka lempeng bumi berpotensi terangkat. Kemudian lempeng yang selama ini menghujam bisa semakin menancap.

Namun Thomas menegaskan gerhana dan purnama bukan penyebab gempa. “Tetapi berpotensi jadi pemicu,’’ jelasnya.

Sehingga dia tidak bisa menyimpulkan terjadinya gerhana dan bulan purnama nanti malam akan disusul terjadinya gempa bumi. ’’(Gempa bumi, red) tidak bisa diperkirakan,’’ tandasnya.

Terkait fenomena gerhana bulannya sendiri, Thomas mengatakan aman untuk diamati langsung.

Dia mengatakan untuk mengamati gerhana bulan tidak perlu menggunakan kaca mata gelap seperti pengamatan gerhana matahari.

Thomas juga menjelaskan tentang penamaan gerhana super blue blood moon. ’’Tidak ada kaitannya dengan warna biru,’’ tegasnya.

Dia mengatakan disebut blue moon karena purnama kedua di bulan Januari. Kemudian dikatakan super moon karena saat purnama posisinya dalam titik terdekat ke bumi.

Nah fenomena yang terjadi malam ini adalah gabungan antara purnama kedua di bulan Januari dan posisinya terdekat dengan bumi plus gerhana bulan total.

Maka publik menyebutnya dengan istilah super blue blood moon. ’’Kalau secara astronomis itu biasa,’’ katanya. (wan/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kawasan Cincin Api Bergolak, Termasuk Indonesia


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler