jpnn.com, MANADO - Gerhana Bulan Total (GBT) yang terjadi 28 Juli 2018 merupakan fenomena alam langka. Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Manado Edward Mengko menyebutkan, GBT kali ini merupakan yang terlama durasinya, mencapai 103 menit.
“Momentum ini nantinya akan kembali terjadi sekira 100-an tahun mendatang. Atau akan kembali dilihat warga Sulut, sekira tahun 2141 mendatang. Dengan diurasi mencapai 103 menit. Ada juga GBT terlama dengan durasi mencapai 106 menit pada 2123 mendatang, namun hal ini tidak akan terlihat dari Indonesia,” ungkap Mengko, ditemui di kantornya kemarin (26/7).
BACA JUGA: 28 Juli Gerhana Bulan Total, Umat Islam Diimbau Salat Khusuf
Dia menjelaskan, saat GBT 28 Juli, seluruh piringan bulan tersembunyi di balik bayangan bumi. Atau bumi berada di antara bulan dan matahari. “Puncak gerhana akan terjadi pukul 04.21,7 dini hari waktu Indonesia Tengah. Ada tujuh fase,” katanya.
Untuk Sulut sendiri, akan melihat gerhana tersebut hingga fase gerhana sebagian atau setelah fase totalitas berakhir.
BACA JUGA: Gerhana Bulan Total 28 Juli 2018, Terlama Abad Ini
"Seluruh Indonesia bisa melihat. Namun dengan beda-beda fase setiap daerah. Di Sulut, akan dapat melihat dari awal hingga sampai fase kelima. Fase gerhana total berakhir. Jadi hanya dari pukul 01.13 sampai 05.13," ungkapnya.
Lanjutnya, seluruh wilayah Sulut dapat menikmati GBT ini. “Tapi untuk hasil terbaiknya, sebaiknya berada di kondisi gelap. Agar tidak ada pengaruh cahaya sekitar. Misalnya cahaya lampu dan lainnya," tuturnya.
BACA JUGA: Kok gak Kelihatan Bulan Merah Darah? Begini Penjelasannya
Dia juga memastikan fenomena ini tidak akan berpengaruh signifikan pada kondisi lingkungan. "Selain akan naiknya pasang muka air laut karena pengaruh grafitasi bulan," jelasnya. (cw-02/tan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Zulhasan: Manfaatkan Fenomena Super Blood Moon untuk Berdoa
Redaktur & Reporter : Soetomo