jpnn.com - JAKARTA – Gerhana Matahari Total (GMT) bukan hanya menarik bagi kaum awam, tetapi juga ahli metafisika, dan religius. Fenomena alam yang terjadi 350 tahun sekali itu juga menjadi momen penting bagi ilmuwan dan intelektual seperti Astronomi, ilmu bintang, atau ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan peristiwa yang terjadi di luar bumi dan atmosfernya.
“Ini juga kesempatan bagi ilmuwan, astronom, intelektual, peneliti untuk mengamati peristiwa di mana matahari dan bulan berada dalam satu garis dengan bumi itu. Jadi wisata pendidikan atau wisata edukasi yang baik bagi bangsa,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya.
BACA JUGA: Pembuatan KTP Anak Bertahap
Namun, Menpar Arief juga tidak mengabaikan para ahli langit. Cerdik cendekia yang sering menghubungkan kejadian alam dengan supranatural, doa dan keselamatan juga pasti memiliki visi lain di balik peristiwa alam ini.
“Hampir setiap daerah punya legenda dengan beragam cerita, soal Gerhana Matahari Total (GMT). Sebagai cerita rakyat, penting juga untuk dimengerti nilai-nilai apa pesan di balik cerita tersebut,” ungkap Arief Yahya.
BACA JUGA: DPR Minta Presiden Tolak Amnesti Din Minimi
Department of Astronomy & Bosscha Observatory, Institut Teknologi Bandung (ITB), Premana W. Premadi membenarkan hal tersebut.
Premana menilai, banyak manfaat pendidikan yang didapat oleh masyarakat Indonesia maupun wisatawan baik mancanegara maupun wisatawan nusantara. Pria yang biasa disapa Nana itu menilai Indonesia mendapatkan rezeki yang tak ternilai, terutama sektor pariwisata.
BACA JUGA: Pimpinan Ponpes Ramai-ramai Dorong Muktamar Islah
“Ini peristiwa alam yang amat indah dan langka serta mengundang orang untuk datang menonton dengan mata kepala sendiri,” ujar Nana.
Kemenpar sudah mempromosikan GMT ini sejak akhir 2015. Hasilnya? Banyak hotel yang sudah penuh di 12 titik yang dilalui GMT tersebut.
“Bahkan kami sudah berkoordinasi dengan Pelni untuk menurunkan 3 kapal besar sebagai hotel terapung di dekat kawasan yg dilalui GMT," kata Arief Yahya.
Nana menambahkan, ada juga pihak yang memanfaatkan GMT untuk penelitian ilmiah, pendidikan, bahkan refleksi diri.
“Khusus untuk pendidikan, Universe Awareness for Children (UNAWE) Indonesia menyelenggarakan dua program,” katanya.
Yang pertama, imbuh Nana, pendidikan dan pengamatan GMT bersama sekolah dan masyarakat Poso, yang selama ini perkembangannya banyak terhambat oleh konflik sosial setempat.
Yang kedua, kata Nana, pendidikan jarak jauh berupa pemberdayaan guru-guru di sekolah-sekolah di pelosok Indonesia dengan mengirimkan paket edukasi GMT.
“Sebagian besar sekolah penerima paket ini akan terlewati oleh lintasan GMT, namun lokasinya yang di pelosok menyulitkan ekspedisi ilmiah ke sana,” kata Nana.
Nana menjelaskan, paket Edukasi GMT berisi materi utama tentang GMT dan materi sains dan matematika yang relevan dengan kurikulum.
“Di situ akan terdapat lima infografik berwarna tentang GMT dan petunjuk aktivitas gerhana matahari yang aman. Akan ada lima kaca mata dengan filter yang aman untuk melihat matahari, booklet berwarna berisi penjelasan umum tentang GMT dan sains yang relevan, modul-modul berbagai aktivitas pengamatan gerhana, petunjuk rinci pembuatan alat pengamat sederhana. Memperkaya guru dengan materi pelajaran fisika, matematika, dan ilmu bumi dan antariksa,” bebernya.
Menurut Nana, selain itu akan dalam paket juga akan terdapat peta, jadwal, dan informasi detail lainnya untuk gerhana matahari yang unik untuk setiap lokasi yang dikirimi paket.
“Paket itu juga berisi kalender 2016 yang dilengkapi dengan foto-foto astronomis dan jadwal kejadian astronomis. CD berisi banyak file berbagai informasi astronomi yang menarik, lembar kerja guru dan siswa untuk bahan evaluasi hasil belajar,” katanya.
“Ada 40 lokasi tersebar dari Sumatra Selatan hingga Sulawesi Tengah, dari Natuna hingga Timor, yang siap menerima paket dan menjalankan misi pendidikan ini.”(dkk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Wow, Sianida Ternyata Populer di Kalangan Nelayan
Redaktur : Tim Redaksi