JAKARTA - Internal Partai Gerindra mulai dilanda kerisauan terkait dengan elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres. Berdasar hasil survei sejumlah lembaga riset, keterpilihan Prabowo belum berjalan maksimal sesuai dengan tingkat dukungan terhadap partai berlambang kepala garuda tersebut.
"Itu problem dan masalah serius kami (Gerindra, Red)," kata Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (9/7).
Dia menyadari sepenuhnya bahwa elektabilitas terhadap ketua dewan pembinanya masih jauh melampaui suara partai. "Karena itu, semua ikhtiar yang bertujuan meningkatkan suara partai terus dilakukan," katanya.
Salah satu usaha yang terus dimatangkan adalah strategi pencalegan yang tepat. Yaitu, menempatkan orang-orang terbaik di setiap daerah pemilihan untuk memaksimalkan suara yang ada.
Sebagaimana diketahui, saat ini revisi RUU pilpres masih dibahas di parlemen. Jika mengacu pada UU sebelumnya, syarat parpol atau gabungan parpol untuk mengajukan pasangan capres adalah memiliki sedikitnya 20 persen kursi di DPR atau memperoleh total 25 persen suara sah nasional.
Jika mengacu pada hasil perolehan suara pada Pemilu 2009, Gerindra hanya mendapat 4,46 persen. Artinya, Gerindra bisa mengajukan Prabowo sebagai capres kalau berhasil menggandeng partai lain untuk bersama mengusung mantan Danjen Kopassus tersebut.
Menilik hasil survei sejumlah lembaga beberapa waktu terakhir, hanya tiga partai yang diprediksi memperoleh suara di atas 10 persen. Yaitu, Golkar, PDIP, dan Demokrat. Golkar dalam rapimnasus yang baru saja mereka helat sudah menetapkan ketua umumnya, Aburizal Bakrie (Ical), sebagai capres yang diusung pada 2014.
Dengan demikian, harapan yang tersisa adalah PDIP atau Demokrat. "Kami sangat sadar. Karena itu, sekarang kami terus berusaha dan berikhtiar," ujar Muzani lagi.
Apakah rendahnya suara Gerindra disebabkan masih terlalu dominannya Prabowo di internal partai sehingga mesin partai tidak bergerak optimal? Muzani mengelaknya. Menurut dia, kader partai di pusat dan daerah sudah terus bekerja. "Persoalannya sekarang tinggal diefektifkan saja," katanya.
Selain itu, dia mengakui, Gerindra belum bisa lepas dari sosok Prabowo Subianto. Sebagai partai yang mengandalkan public figure, kekuatan Gerindra yang utama memang ada di Prabowo. "Jadi, soal beliau terlihat dominan, ya saya rasa wajar saja," imbuhnya. (dyn/c7/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Setuju Beli 100 Leopard Jerman
Redaktur : Tim Redaksi