jpnn.com, DAMASKUS - Hampir satu bulan digempur terus-terusan dari udara, Eastern Ghouta porak-poranda. Kini area di sekitar Douma yang awalnya menjadi kawasan paling aman dari serangan pun tak luput dari tembakan rudal dan bom dari jet tempur Syria dan Rusia.
Ribuan warga sipil yang semula mengungsi ke Douma pun terpaksa kabur lagi.
BACA JUGA: Kejam! Rezim Assad Kembali Gunakan Senjata Kimia di Ghouta
”Setelah lebih dari 20 hari digempur serangan udara tanpa henti, krisis pangan dan krisis kemanusiaan kian menjadi.” Demikian bunyi keterangan resmi dewan oposisi yang menguasai Douma sebagaimana dilansir Reuters, Senin (12/3).
Kini pasukan Presiden Bashar Al Assad telah menguasai lebih dari separo Eastern Ghouta. Wilayah oposisi di sekitar Douma pun telah jatuh ke tangan mereka.
BACA JUGA: Pasukan Erdogan Makin Dekat, Warga Afrin Kocar-kacir
Menurut salah seorang penduduk Douma yang minta namanya dirahasiakan, area paling aman di Eastern Ghouta itu sudah berubah menjadi neraka dunia.
Kamp-kamp penampungan yang sebelumnya menjadi tempat bersembunyi warga sipil tidak lagi layak huni.
BACA JUGA: Assad Sukses Bebaskan Separo Ghouta
”Tidak ada kamar mandi. Hanya satu kakus. Padahal, ada 300 orang di sini. Bahkan, untuk memelihara ayam saja, tempat ini tidak layak lagi,” keluhnya.
Sejak serangan pasukan Syria dan Rusia kian intensif di Douma dan sarang-sarang oposisi Eastern Ghouta, tidak ada lagi aliran listrik ke permukiman atau kamp penampungan.
Air bersih juga tidak lagi tersedia. Kemarin dewan oposisi Douma mendesak masyarakat internasional ikut campur. Sebab, jika dibiarkan, pasukan Syria dan Rusia akan semakin brutal mengobrak-abrik benteng pertahanan terakhir oposisi itu.
”Karena serangan udara dan darat tidak kunjung berhenti, kami tidak lagi punya kesempatan untuk memakamkan para korban. Kami takut menjadi sasaran berikutnya,” ungkap seorang aktivis oposisi Douma kepada Associated Press.
Kemarin warga terpaksa memakamkan sekitar 70 korban perang secara masal di sebuah taman. Sebab, jarak dari kota sampai pemakaman umum cukup jauh dan berisiko.
Kemarin Jaish Al Islam, salah satu kelompok oposisi bersenjata di Eastern Ghouta, bersepakat dengan militer Rusia soal evakuasi korban.
”Kami berkomunikasi lewat PBB. Pada dasarnya, kami sepakat untuk mengevakuasi mereka yang terluka ke lokasi yang lebih aman,” kata jubir kelompok oposisi tersebut.
Dari Afrin, dikabarkan bahwa warga sipil merancang tameng manusia untuk melindungi kota di perbatasan Syria dan Turki itu dari bentrokan pasukan Turki dan paramiliter Kurdi YPG.
Al Jazeera melaporkan, warga Kurdi berdatangan ke Afrin dan sengaja pasang badan agar dua kubu yang berselisih itu menghentikan serangan.
”Tiap keluarga mengirim empat atau lima orang,” kata Alan Fisher, koresponden Al Jazeera.
Sementara itu, kubu Assad melaporkan temuan penting militer Syria di Eastern Ghouta. Kemarin Damaskus menyatakan bahwa pasukan di lapangan menemukan gudang senjata kimia di sarang oposisi.
”Itu gudang kimia milik oposisi,” klaim seorang perwakilan militer Syria.
Namun, laporan tersebut tidak begitu saja dipercaya. Apalagi, belakangan muncul laporan soal serangan gas klorin oleh pasukan Assad di Arbin. (hep/c10/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sudah 650 Nyawa Melayang, Assad Terus Bombardir Ghouta
Redaktur & Reporter : Adil