jpnn.com, JAKARTA - Pendukung Jokowi geram mendengar Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka disebut sebagai 'anak ingusan' oleh politikus senior PDIP Panda Nababan.
Panda menyebut Gibran harus membuktikan kinerja dan mendekatkan diri kepada rakyat. Dia dinilai belum layak diusung menjadi cawapres seperti yang ramai diisukan.
BACA JUGA: Pendukung Jokowi Membela Gibran yang Disebut Anak Ingusan oleh Politikus PDIP
Terkait penilaian tersebut, Majelis Pimpinan Nasional Solidaritas Ulama Muda Jokowi (MPN Samawi) menilai Panda gagal paham terhadap tren perkembangan pemimpin masa kini.
“Beliau gagal paham fakta Global Trend. Perdana Menteri Finlandia anak muda, Presiden Kosovo dan Perdana Menteri Selandia Baru juga sama. Presiden Macron waktu terpilih pertama di Perancis juga muda. Ini jelas global tren,” ujar Sekretaris Jenderal Majelis Pimpinan Nasional Samawi, Nizar Ahmad Saputra, Kamis (29/6).
BACA JUGA: Elektabilitas Cawapres Erick Thohir Terbukti Teratas
Panda Nababan dinilai gagal literasi sejarah pemimpin bangsa yang merupakan anak-anak muda. Indonesia memiliki pemimpin-pemimpin muda kompeten yang terbukti berkontribusi terhadap perjalanan bangsa.
“Panda Nababan darurat literasi, ahistoris, lupa sejarah. Bukankah kita semua mafhum bahwa Bung Karno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir, dan lain-lain itu tokoh muda? Tokoh Boedi Oetomo kala itu anak-anak muda yang tertuang dalam sejarah juga Sumpah Pemuda,” jelasnya.
BACA JUGA: ASDP Tingkatkan Fasilitas Terminal & Kapasitas Dermaga Eksekutif di Pelabuhan Merak-Bakauheni
Pernyataan Panda yang menyatakan Gibran ‘anak ingusan’ dinilai tidak tepat ditujukan kepada anak pertama Presiden Joko Widodo tersebut.
Gibran dinilai telah berbuat banyak untuk Kota Solo dan meraih banyak prestasi.
“Diksi anak ingusan itu tidak pas, tendensius dan konotasinya meremehkan. Padahal yang dia komentari ini, dengan tangan dan gaya dinginnya, sudah berbuat banyak. Solo dipimpin Gibran, angka kemiskinan turun jauh. Ekonomi meningkat tajam. Kunjungan wisatawan menggeliat. Sisi kehidupan keberagaman juga semakin inklusif, Solo di peringkat ke-4 sebagai Kota Toleran. Apa begini anak ingusan?," serunya.
Jika alasannya karena Gibran masih perlu belajar, sambung Nizar, semua juga perlu belajar.
"Prabowo mengakui sedang belajar kepada Pak Jokowi. Ganjar juga bilang Pak Jokowi mentornya. Pak Jokowi pun terus belajar dari para guru bangsa. Jadi belajar itu bukan soal usia. Agama mengajarkan, belajar itu dari buaian sampai ke liang lahat, sepanjang hayat. Bahasa pendidikannya Lifelong Learning,” jelasnya.(chi/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Yessy Artada