Gila! Kelompok Mayoritas India Bela Pemerkosa Gadis 8 Tahun

Sabtu, 14 April 2018 – 10:35 WIB
Sejumlah pengacara menggelar aksi unjuk rasa membela 8 tersangka kasus pemerkosaan terhadap seorang gadis 8 tahun di Negara Bagian Jammu dan Kashmir, India

jpnn.com, JAMMU DAN KASHMIR - Fenomena menjijikkan seperti ini mungkin baru pertama kalinya terjadi di dunia. Sekelompok pemerkosa dan pembunuh malah mendapatkan simpati dari kelompok mayoritas di masyarakat.

Padahal, korban para pria biadab itu adalah seorang anak kecil berusia 8 tahun. Kegilaan ini bisa terjadi karena sentimen primordialisme dan keagamaan.

BACA JUGA: Korban Kecelakaan Bus Sekolah Dikremasi, Polisi Pun Menangis

Pemerkosaan terhadap Asifa Bano pada Januari lalu benar-benar mengguncang India. Apa yang terjadi kepada gadis mungil itu sangat mengerikan. 

The New York Times melaporkan bahwa bocah 8 tahun tersebut sedang menggembalakan kudanya di padang rumput ketika nahas menghampirinya. Asifa memang tak sekolah. Sehari-hari dia senang bermain di padang rumput.

BACA JUGA: Siswi SMP Selamat dari Percobaan Pemerkosaan, Ini Kisahnya

Asifa sama sekali tak punya prasangka buruk saat seorang pria memanggilnya. Yang tak pernah disadarinya, panggilan itu bak panggilan kematian.

Pria itu dan kawannya memberi Asifa obat penenang. Bocah tersebut lalu dibawa ke salah satu kuil di dekat lokasi dan dikunci di salah satu ruangan. Selama tiga hari, bocah mungil itu disiksa dan diperkosa secara bergantian.

BACA JUGA: Detik-detik Tukang Pijat Hendak Diperkosa Pelanggannya

Ayahnya Asifa, Mohammad Yusuf Pujwala, sempat lapor polisi. Mereka juga mencari ke kuil tersebut. Si penjaga kuil, Sanji Ram, mengunci semua pintu. Dia bersikukuh bahwa tidak ada anak kecil di dalamnya.

Padahal, Asifa disembunyikan di bawah meja dalam kondisi kelaparan. Tubuh mungilnya ditutupi tikar plastik. Sebelum dibunuh, seorang pelaku mengaku memerkosanya untuk kali terakhir.

Hidup bocah malang itu lantas diakhiri dengan cara dicekik. Tak puas, salah seorang pelaku memukul kepalanya dua kali dengan batu.

Tubuhnya digeletakkan begitu saja di dekat hutan kota Kathua, Negara Bagian Jammu dan Kashmir.

Pada 17 Januari, jenazah Asifa ditemukan. Dia tergolek dengan tubuh membiru dan mata setengah terbuka.

Bercak darah di baju ungu yang dikenakannya telah menghitam. Keluarganya hanya bisa menangisi kepergian gadis cantik tersebut.

Setelah diselidiki, polisi akhirnya menangkap delapan orang. Salah satunya adalah Sanji Ram. Dia menyuruh keponakannya dan beberapa orang lain untuk menculik Asifa.

Ada dua polisi yang ikut ditangkap karena dianggap terlibat. Seorang ikut menculik dan memerkosa, seorang lagi karena menerima uang untuk menutupi kasus itu.

Asifa adalah penduduk muslim dari suku Bakarwal yang nomaden. Selama ini penduduk Kathua mayoritas beragama Hindu dan membenci Bakarwal. Dengan membunuh Asifa, mereka ingin agar Bakarwal menjauh dari Kathua.

Warga Kathua dan sekitarnya malah membela para pelaku. Saat polisi mengajukan kasus tersebut ke pengadilan Senin (9/4), rombongan para pengacara mencoba menghalangi. Mereka menganggap kasus itu tidak layak disidangkan karena ada penyidik yang muslim.

Padahal, polisi memiliki bukti fisik, pengakuan, tes DNA, dan keterangan lebih dari 130 saksi yang menguatkan dakwaan untuk para pelaku.

Rabu (11/4) giliran ibu-ibu mengadakan aksi mogok makan dan menutup jalan menuntut para pelaku dibebaskan. Mereka juga mengancam akan melakukan aksi bakar diri.

Tapi, perlawanan terhadap kekejian memang tak mengenal sekat agama. Kelompok yang terdiri atas gabungan warga muslim dan Hindu justru mengecam pemerkosaan tersebut. Mereka menuntut pelaku dihukum seberat-beratnya agar kasus serupa tak terulang.

Tagar #JusticeForAsifa dan semacamnya bertebaran di dunia maya. Para artis dan tokoh kenamaan memajang foto Asifa dan meminta keadilan untuknya.

’’Keadilan harus ditegakkan, seberat-beratnya dan secepatnya,’’ cuit aktor Bollywood Akshay Kumar.

Perdana Menteri India Narendra Modi belum memberikan pernyataan apa pun terkait dengan kasus tersebut. Sejak Bharatiya Janata Party (BJP) yang digawangi Modi menang pemilu, kelompok Hindu nasionalis memang kian semena-mena.

Menteri Pembangunan Perempuan dan Anak Maneka Gandhi menyatakan bahwa lembaga yang dipimpinnya berencana mengajukan hukuman mati untuk pemerkosaan dengan korban di bawah usia 12 tahun. Saat ini, untuk kasus seperti itu, hukuman maksimal hanya penjara seumur hidup.

Kasus pemerkosaan memang marak di India. Reuters melansir sepanjang 2016 lalu ada 40 ribu kasus pemerkosaan.

Aktivis HAM menyatakan bahwa jumlahnya bisa jadi jauh lebih besar karena banyak korban memilih tidak lapor karena stigma buruk dari masyarakat. (sha/c22/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hotel Empat Lantai Ambruk Dihajar Mobil


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler