JAKARTA - Peneliti Maarif Institute, Endang Tirtana mengatakan sosok yang layak mendampingi Joko Widodo pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 adalah Ginandjar Kartasasmita. Menurutnya, Ginandjar merupakan tokoh yang memiliki pengalaman komplet.
"Ginandjar adalah sosok yang sudah dalam paket komplet, sebagai tentara, akademisi, politisi, teknokrat dan birokrat. Pengalaman profesionalnya tidak diragukan lagi," kata Endang di Jakarta, Senin (1/7).
Menurut Endang, Jokowi -sapaan akrab Joko Widodo- sebagai calon presiden yang diusung PDIP memang perlu mempertimbangkan tokoh dari Golkar. Sebab, koalisi partai menjadi penentu dalam merumuskan kebijakan pemerintahan lima tahun ke depan. Apalagi saat ini, PDIP punya peluang yang sangat kecil untuk berkoalisi dengan Demokrat dan Gerindra yang sama-sama sudah memiliki Capres sendiri.
"Saat Jokowi jadi Presiden di 2014 yang akan datang, maka besar kemungkinan PDIP akan berkoalisi dengan Golkar. Akan tetapi, tentunya pilihan ini harus mempertimbangkan figur senior Golkar yang memiliki peluang mengambil alih Golkar secara demokratis pada munas Golkar 2015," katanya.
Endang menilai Ginandjar juga memiliki faktor keterpelihan. Itu dibuktikan dari dua kali berturut turut memenangi pemilihan DPD RI dari Jawa Barat. Ginandjar juga memiliki kemampuan diplomasi luar negeri yang handal. "Selain kental dari sisi politik, dari sisi akademisi, sebagai Profesor, Ginandjar mampu menjaga kualitas profesionalisme nya di dalam birokrasi," ucapnya.
Wacana PDIP menggaet tokoh Golkar dipasangkan dengan Jokowi sebelumnya disampaikan Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie. Kata dia, jika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan tidak berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Gerindra maka calon pendamping dari Jokowi harus dari tokoh senior dari Golkar. Tujuannya agar memiliki dasar mengambil alih Golkar pada munas 2015 dan kemudian berkoalisi dengan PDIP di pemerintahan.
Sebagai capres dari generasi baru, Jokowi harus dipasangkan dengan figur yang lebih senior, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Joe Biden. Tokoh Golkar senior tersebut juga, sambung Jeffrie, sebaiknya mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri yang baik, mengingat Jokowi akan fokus mengurus dalam negeri. (awa/jpnn)
"Ginandjar adalah sosok yang sudah dalam paket komplet, sebagai tentara, akademisi, politisi, teknokrat dan birokrat. Pengalaman profesionalnya tidak diragukan lagi," kata Endang di Jakarta, Senin (1/7).
Menurut Endang, Jokowi -sapaan akrab Joko Widodo- sebagai calon presiden yang diusung PDIP memang perlu mempertimbangkan tokoh dari Golkar. Sebab, koalisi partai menjadi penentu dalam merumuskan kebijakan pemerintahan lima tahun ke depan. Apalagi saat ini, PDIP punya peluang yang sangat kecil untuk berkoalisi dengan Demokrat dan Gerindra yang sama-sama sudah memiliki Capres sendiri.
"Saat Jokowi jadi Presiden di 2014 yang akan datang, maka besar kemungkinan PDIP akan berkoalisi dengan Golkar. Akan tetapi, tentunya pilihan ini harus mempertimbangkan figur senior Golkar yang memiliki peluang mengambil alih Golkar secara demokratis pada munas Golkar 2015," katanya.
Endang menilai Ginandjar juga memiliki faktor keterpelihan. Itu dibuktikan dari dua kali berturut turut memenangi pemilihan DPD RI dari Jawa Barat. Ginandjar juga memiliki kemampuan diplomasi luar negeri yang handal. "Selain kental dari sisi politik, dari sisi akademisi, sebagai Profesor, Ginandjar mampu menjaga kualitas profesionalisme nya di dalam birokrasi," ucapnya.
Wacana PDIP menggaet tokoh Golkar dipasangkan dengan Jokowi sebelumnya disampaikan Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS), Jeffrie Geovanie. Kata dia, jika Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan tidak berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Gerindra maka calon pendamping dari Jokowi harus dari tokoh senior dari Golkar. Tujuannya agar memiliki dasar mengambil alih Golkar pada munas 2015 dan kemudian berkoalisi dengan PDIP di pemerintahan.
Sebagai capres dari generasi baru, Jokowi harus dipasangkan dengan figur yang lebih senior, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan Joe Biden. Tokoh Golkar senior tersebut juga, sambung Jeffrie, sebaiknya mempunyai kemampuan diplomasi luar negeri yang baik, mengingat Jokowi akan fokus mengurus dalam negeri. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ical Tegaskan Rusli Masih Ketua DPP Golkar
Redaktur : Tim Redaksi