Gita meraih 31 suara, menang mutlak atas kandidat lainnya, Icuk Sugiarto, yang hanya memperoleh 2 suara. Suara untuk Gita datang dari 30 pengurus provinsi (pengprov) dan PB PBSI. Sementara itu, dukungan untuk Icuk diberikan Pengprov DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Sementara itu, Pengprov Riau abstain.
Setelah terpilih, Gita berjanji memimpin PBSI secara profesional. "Prinsipnya adalah meningkatkan profesionalitas dalam pengurusan bulu tangkis di Indonesia tanpa mengurangi sikap patriotisme," ujar lulusan Harvard University, AS, tersebut. Gita akan mengisi kepengurusan PBSI dengan orang-orang yang kapabel. "Saya akan back to professional," tegasnya.
Gita bersama empat anggota tim formatur, yakni Koesdarto (Pengprov Jogjakarta), Yohannes I.W. (Sumut), Iriansyah Busya (Kaltim), dan Zulham (Sulsel), diberi waktu 30 hari untuk menyusun kabinet baru.
Di sisi lain, kubu Icuk bakal memperkarakan hasil munas PBSI itu. Mereka merasa diperdaya sehingga akan melaporkan kasus tersebut kepada Badan Arbitrase Olahraga Indonesia. Icuk mengatakan, munas PBSI berlangsung dengan banyak pelanggaran dan cacat hukum. Mulai pelaksanaan munas yang dimajukan hingga gugurnya kandidat Marzuki Alie secara sepihak. "Klimaksnya adalah hari ini (kemarin, Red)," kata Icuk.
Agenda munas kemarin memang banyak berubah meski tata tertib sudah digedok sehari sebelumnya. Acara pandangan umum yang dimulai pukul 08.00 berubah menjadi pemilihan Gita sebagai ketua umum PBSI yang baru. Awalnya pemilihan ketua umum dijadwalkan mulai pukul 16.15.
"Kalah menang sudah biasa. Yang saya prihatinkan, rumah saya, PBSI, semakin tidak dewasa. Makin tidak profesional dan diisi orang-orang yang hadir bukan untuk memberi, tapi merusak citra yang dibangun para pendiri PBSI," ucap Icuk.
Juara dunia 1983 itu prihatin dan kecewa dengan cara-cara kotor yang diperlihatkan pengurus PBSI dalam upaya mengganjal seseorang. "Saya ini ibarat pebulu tangkis yang mau bertanding. Saya belum pakai sepatu, tapi oleh wasit sudah dinyatakan kalah," ujarnya. (ali/c10/ca)
Dia mengungkapkan, disaat desakan aklamasi muncul sebetulnya bukannya tanpa interupsi. Dari Pengda PBSI NTB, misalnya. Secara tegas Ketua Umum Pengda PBSI NTB, Junaidi Yaman menolak cara seperti ini karena masih ada calon lain selain Gita Wirjawan.
"Kami ingin mekanisme pemilihan yang sudah ditetapkan dijalani lebih dulu. Biarkan kedua calon menyampaikan visi dan misi. Setelah itu kita pilih secara demokrasi sesuai tradisi yang telah berjalan di PBSI selama puluhan tahun," ujar Junaidi.
Hal senada juga disampaikan Sekum Pengda Riau, Adri. "Terus terang kami kecewa dengan cara-cara seperti. Kami bukan pendukung Pak Gita atau Pak Icuk. Tapi, kami ingin melihat dulu visi dan misi mereka, setelah itu baru kami tentukan pilihan kami," papar Adri.
Terhadap keputusan ini Icuk dan Junaidi akan menempuh upaya hukum ke BAORI. Seperti apa hasilnya nanti, Icuk menilai hal ini tidak bisa dibiarkan agar ke depan PBSI benar-benar dipimpin oleh orang-orang yang mau menghargai demokrasi. "Kami akan perjuangkan Munas diulan lagi karena munas kali ini tidak sesuai aturan," tegas Icuk.
Koesdarto, ketua sidang Munas dan wakil ketua Munas mengaku tidak mempermasalahkan ada yang menggugat hasil MUnas kali ini. "Silahkan saja. Apa yanga kita lakukan sesuai AD ART da nada dasar hukumnya," kata Koedarto. (ali)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Pemain Persebaya Absen
Redaktur : Tim Redaksi