Gizi Masih Jadi Masalah Serius di Asia

Selasa, 11 Juni 2019 – 21:02 WIB
Makanan sehat. (Foto: pixabay/jpnn)

jpnn.com - Perkembangan gizi di Asia khususnya yang terkait dengan diet dan obesitas, mendapat penilaian dari Cargill.

Peningkatan pendapatan per kapita dan grafik asupan kalori menunjukkan, pertumbuhan signifikan dalam jumlah makanan yang dikonsumsi. Sebagian besar negara mengonsumsi lebih dari 2.500 kalori per kapita setiap hari.

BACA JUGA: Atta Halilintar Raja YouTube Asia

Akibatnya, pertumbuhan asupan kalori cenderung moderat. Komposisi diet mengalami perubahan cepat dengan meningkatnya konsumsi protein. Khususnya daging dan ikan.

"Di sisi lain, sektor makanan kemasan Asia juga telah mengalami pertumbuhan empat persen pada 2017, sekaligus menyoroti peningkatan konsumsi makanan olahan dan tidak meninggalkan persyaratan kebutuhan gizi konsumen," kata Cargill melalui keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (10/6).

BACA JUGA: Kak Seto Beber Arti Penting Gizi Terhadap Prestasi Anak

Peningkatan urbanisasi dan pendapatan berimbas terhadap belanja konsumen. Salah satunya makanan. Seperti mendorong pertumbuhan gerai makanan cepat saji dan supermarket. "Ini juga diyakini mendorong gaya hidup masyarakat menjadi kurang bergerak dan mengonsumsi makanan yang lebih enak," ucapnya.

Kemudian terjadi peningkatan kasus obesitas pada masyarakat di sejumlah negara Asia. Seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Pakistan. Disebabkan meningkatnya konsumsi minuman manis dan makanan olahan.

BACA JUGA: Apakah Sayuran Beku Sama Bergizi dengan Yang Segar?

"Di sisi lain, urbanisasi ternyata memiliki korelasi langsung dengan obesitas. Pasalnya, selama migrasi ke kota, diet cenderung tidak lagi dilakukan sekaligus mengonfirmasikan terjadinya perubahan nutrisi, ketika pindah ke daerah perkotaan," jelasnya.

Masyarakat di negara kurang berkembang dengan pendapatan nasional Gross National Income per kapita yang lebih rendah, malah lebih rentan terhdap konsekuensi kesehatan negatif dari urbanisasi. Sementara asupan kalori meningkat, kualitas makanan tidak.

Hal tersebut menyebabkan defisiensi mikronutrien atau "kelaparan tersembunyi". Orang-orang kelebihan berat badan atau terlihat sehat, tetapi kehilangan nutrisi penting. Menciptakan salah satu tren yang lebih mengkhawatirkan di wilayah ini.

Meningkatnya ketidaksetaraan di Asia berdampak terhadap perkembangan gizi yang tidak merata di Asia berasal, meski terdapat pertumbuhan PDB yang signifikan. Kekurangan gizi menjadi keprihatinan yang signifikan. Bahkan, ketika obesitas tumbuh.

Tingkat pendidikan dan melek huruf yang lebih rendah di kalangan ibu, juga memengaruhi status gizi. Demikian pula dengan tingkat kemiskinan. Tecermin dari kelebihan berat badan dan obesitas yang meningkat di antara segmen masyarakat miskin dan tinggal di perkotaan.

Kesadaran tentang kekurangan gizi dan kelebihan gizi pada sejumlah negara dan tingkat pendapatan ternyata relatif rendah di wilayah tersebut. Karenanya, ada kebutuhan meningkatkan kesadaran konsumen secara menyeluruh. Khususnya di kalangan ibu.

"Karena ibu adalah sumber nutrisi pertama untuk anak selama 'seribu hari pertama' kehidupan," terang Cargill.

“Orang dewasa juga perlu dididik lebih baik tentang bahayanya obesogenic food dan pentingnya berolahraga," imbuhnya.

Media sosial dan periklanan turut memengaruhi tren makanan. Keduanya menjadi komunikasi utama antara konsumen dan pemangku kepentingan dalam industri makanan. Media sosial memberikan peluang industri makanan sekaligus memacu upaya memantau dan mengatur konsumen.

Untuk itu, sejumlah negara di Asia menghambat intensitas iklan makanan dengan regulasi baru. Seperti yang dilakukan Taiwan, Singapura, dan Korea Selatan. Beberapa jenis iklan dilarang dan dibatasi.

"Singapura dan Filipina mengalami peningkatkan terbesar dalam mengadopsi pelabelan GDA sejak 2012. Sementara Malaysia dan Thailand, di empat besar untuk tingkat adopsi," (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Apa Jadinya Bila Tubuh Kelebihan Gizi?


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Gizi   Asia  

Terpopuler