Glass: Ending Gagal M Night Shyamalan

Sabtu, 19 Januari 2019 – 02:37 WIB
Glass. Foto: Youtube

jpnn.com - Unbreakable (2000) dan Split (2016) merupakan dua film arahan M. Night Shyamalan yang berhasil membangkitkan rasa penasaran penonton. Kini dua film itu "dijahit" menjadi satu, jadi sebuah sekuel untuk keduanya. Glass, sebuah akhir cerita dengan ending mengejutkan.

Glass mengembalikan karakter David Dunn alias The Overseer (Bruce Willis) ke dalam sekuel. Dengan ponco hijaunya, David menjadi pahlawan misterius yang memburu pelaku kriminalitas atau pembuat onar di Philadelphia.

BACA JUGA: Trailer Baru Glass Tonjolkan Kebengisan The Beast

Salah satu targetnya adalah The Beast (James McAvoy). The Beast adalah salah satu di antara 24 kepribadian dalam tubuh Kevin Wendell Crumb yang bertanggung jawab atas kasus pembunuhan di kota itu. Keduanya berhadapan langsung seperti superhero dan villain. Hingga akhirnya pihak polisi menangkap mereka.

Mereka dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Ditangani Dr Ellie Staple (Sarah Paulson). Di tempat itulah David bereuni dengan Elijah Price aka Mr Glass (Samuel L. Jackson), dalang kecelakaan kereta api yang hampir menewaskannya pada Unbreakable.

BACA JUGA: M Night Shymalan Mulai Garap Sekuel Split Bulan Depan

Dengan kemampuan analisis dan berpikirnya yang luar biasa, Mr Glass menjadi mastermind yang "mengatur" The Beast dan David.

Banyak plot twist mengejutkan yang disuguhkan dalam film itu. Bagi yang belum pernah menonton Unbreakable dan Split, Glass terasa cukup membingungkan karena ada bagian dari backstory yang ditampilkan.

BACA JUGA: Plot Twist! M Night Shyamalan Kisah Split dengan Unbreakable di Film Terbaru

Sarannya, tonton lagi dua film tersebut untuk mengembalikan ingatan detail cerita. Terutama untuk Unbreakable yang tayang 19 tahun lalu.

Review film tersebut tidak terlalu memuaskan. Kritikus menyebutkan, ada beberapa hal yang kurang masuk akal. Salah satunya ketika Dr Ellie mengatakan bahwa dirinya diminta untuk menyembuhkan Kevin, Elijah, dan David dalam waktu tiga hari.

"Itu hanya salah satu di antara banyak alur yang tidak masuk akal yang diperkenalkan oleh pembuat film. Tidak ada gunanya, kecuali untuk meningkatkan ketegangan, ketika pahlawan, penjahat, dan dalang berkumpul menuju klimaks yang tak terhindarkan," komentar Michael O'Sullivan, kolumnis The Washington Post.

Glass dinilai kurang menegangkan dan menjadi penutup yang gagal untuk Unbreakable dan Split. Meski begitu, tidak berarti film itu sangat buruk. Tidak. Masih ada beberapa elemen yang menjadikan Glass menghibur.

Salah satunya, kemampuan akting para aktornya. Tidak terkecuali McAvoy yang mampu mengganti gaya bicara dan bahasa tubuh dengan cepat, menyesuaikan pergantian 24 kepribadian Kevin.

Sosok The Beast ditampilkan lebih sering dalam film itu daripada Split. Namun, McAvoy tetap bisa menampilkan sosok Hedwig, bocah berusia 9 tahun yang polos dan kocak, sampai karakter perempuan dewasa yang bijaksana, Patricia.

McAvoy menjadi "penghidup" film itu. Bahkan, tak jarang menuai tawa penonton. "Dia mendapat sebagian besar scene di Glass, yang pada akhirnya adalah hal baik karena semua orang dalam film itu terlihat sangat lemah," tulis Joshua Rivera, kolumnis GQ.

Secara keseluruhan, Glass bukanlah film terbaik bagi sutradara dengan bakat sebesar Shyamalan. "Pada akhirnya, Glass lebih dari setengah kosong, bukannya penuh," tulis Chris Nashawaty, komunis Entertainment Weekly. (adn/c11/jan)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler