Glodok Makin Sepi, Sewa Kios Rp 3 Juta Per Bulan

Senin, 09 Oktober 2017 – 16:34 WIB
Ilustrasi Pasar Glodok. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Meski makin sepi, Pasar Glodok masih menjadi andalan beberapa pedagang untuk menjual produknya.

Salah satu alasannya adalah harga sewa kios di Pasar Glodok yang cenderung terjangkau.

BACA JUGA: Pasar Glodok Nasibmu Kini, Hidup Segan Mati Enggan

Ketua Umum Paguyuban Pedagang Pasar Glodok Muhammad Ridwan menyebutkan, harga sewa kios bervariasi.

Sewa kios paling kecil berukuran 1 x 0,5 meter sekitar Rp 600 ribu.

Sementara itu, sewa kios normal berukuran 2 x 2 meter mencapai Rp 3 juta.

”Kalau dirata-rata setahun umumnya sewa sekitar Rp 30 juta–Rp 40 juta. Namun, bisa lebih mahal jika posisinya di lantai dasar dekat pintu masuk, sekitar Rp 50 juta–Rp 60 juta, semakin naik lantai semakin murah,” ujar Ridwan yang memiliki empat kios sekaligus di lantai tiga sebagaimana dilansir Jawa Pos, Senin (9/10).

Sementara itu, untuk biaya bulanannya, pedagang membayar Rp 500 ribu sebagai service charge.

Biaya tersebut belum termasuk listrik. Untuk tarif listrik, Ridwan menggambarkan setiap satu kios rata-rata bisa menghabiskan Rp 200 ribu–Rp 500 ribu.

Semuanya bergantung usaha yang dijalankan. Kios penjual elektronik umumnya mengeluarkan biaya listrik yang paling banyak.

”Hasil penjualan di kios pas-pasan untuk nutup operasional. Bahkan, beberapa teman pedagang merugi kalau pas dagangannya sepi,” tambah Ridwan.

Sebagian besar pedagang yang bertahan di Pasar Glodok memang mengaku tidak mengandalkan penjualan di kios sebagai satu-satunya penghasilan.

Mereka memutar otak untuk mencari sumber penghasilan lain seperti memasarkan produknya via online untuk kemudian dikirim dan di-packing dari kios.

”Tidak bisa kalau hanya mengandalkan penjualan dari kios kalau sepi begini. Penjualan di sini hanya cukup untuk nutup operasional. Ini saya pelan-pelan mulai merintis di online,” ujar Felix, pemilik kios Joker Game, yang gencar menjual koleksi game-nya lewat kanal e-commerce seperti Bukalapak dan Tokopedia.

Dengan banyaknya pedagang yang merangkap penjualan via online, tak heran sesekali dijumpai kurir-kurir ojek online yang lalu-lalang mengambil pesanan barang.

Bahkan, agen pengiriman seperti J&T Express dan Ninja Express juga tampak membuka gerai di Pasar Glodok.

Kendati bertahan dengan harga sewa yang murah, pedagang di Pasar Glodok mengeluhkan timbal balik yang diberikan PD Pasar Jaya selaku manajemen.

Pedagang menganggap manajemen tak serius memberikan servis dan upaya supaya pasar bisa menjadi lebih baik.

”AC, eskalator, dan lampu-lampu di lorong sering mati. Tapi, ketika pedagang telat bayar service charge sehari saja, listrik langsung diputus,” keluh Ridwan, sang ketua paguyuban pedagang.

Ironisnya lagi, manajemen kerap menjatuhkan sanksi sepihak tanpa ada proses diskusi atau pendekatan persuasif.

”Ada yang telat beberapa bulan, tidak dikasih surat peringatan, tapi kios sudah disewakan ke pedagang baru tanpa persetujuan pedagang lama. Kami pun tidak pernah berdiskusi tentang program-program pasar. Padahal, kami sangat terbuka untuk bekerja sama supaya pasar bisa lebih ramai peminat,” ujar Ridwan.

Di sisi lain, manajemen pasar terkesan santai dan enggan pusing menanggapi keluhan pedagang.

”Ya pasar sepi karena lagi sepi aja. Yang laku ya laku aja. Kalau soal hak dan kewajiban kan sudah ada ketentuannya, yang melanggar pasti ada konsekuensinya. Tapi, kami terbuka kok kalau ada pedagang yang komplain. Mereka bisa hubungi saya kapan saja,” ujar Manajer PD Pasar Jaya untuk Pasar Glodok Henry Manurung.

Saat Jawa Pos berkunjung ke Pasar Glodok, ada sekitar lima titik eskalator yang mati dan belum kunjung diperbaiki.

Ditanya mengenai fasilitas-fasilitas pasar yang bermasalah, manajemen Pasar Glodok membantah bahwa mereka lepas tanggung jawab.

Mereka tetap berupaya memperbaiki meski penanganan tak bisa cepat.

”Kalau perbaikan dan sejenisnya, kami lapor dulu ke pusat. Kalau sudah ada tanggapan dan keputusan dari sana, yang di sini baru bisa ditangani,. Kadang itu yang membuat lama,” urai Henry.

Pada 2021 mendatang, izin bangunan Pasar Glodok berakhir.

Namun, Henry mengaku belum tahu bagaimana nasib Pasar Glodok berikutnya.

Sebagai operator Pasar Glodok, menurut Henry, PD Pasar Jaya telah merencanakan beberapa ide untuk menghidupkan kembali aktivitas perdagangan di sana.

”Kami punya angan untuk mendatangkan beberapa UKM di sini. Siapa pun yang berminat boleh, tak harus elektronik atau alat kesehatan. Kami siap memberi subsidi sewa, bahkan gratis beberapa bulan untuk percobaan. Sekarang masih dibahas di internal untuk disosialisasikan ke para pemilik UKM,” ujar Henry. (agfi sagittian/c17/sof)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler