Anehnya, wasit Martin Atkinson maupun asistennya tidak mengesahkan sebagai gol. Keputusan wasit itu memantik emosi Mark Hughes. Pelatih QPR tersebut marah kepada Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA). FA merespons kekecewaan Hughes.
Dalam pernyataan resmi saat jeda laga di Stadion Reebok tersebut, FA menyatakan apabila mereka bakal serius mempertimbangkan penggunaan teknologi garis gawang di Premier League musim depan. "Kami hanya meminta keadilan dalam pertandingan dan bukan meminta FA menutupi buruknya kepemimpinan wasit. FA mungkin sedang bergurau," kata Hughes kepada Daily Telegraph.
"Jika gol itu disahkan, saya pikir kami bisa mengambil laga di Bolton karena kami mampu mengontrol jalannya pertandingan. Anda juga jangan menganggap remeh mencetak gol lebih dulu karena bisa memiliki dampak signifikan dalam pertandingan," sambungnya.
Pernyataan FA sepertinya memang hanya ingin membesarkan hati Hughes dan kubu QPR. Sebelumnya, FA pernah mengatakan apabila penggunaan teknologi garis gawang di Premier League musim depan sulit terealisasi karena terbatasnya waktu.
Itu karena IFAB (organisasi yang memiliki kewenanangan membuat atau memperbarui aturan sepak bola) baru akan mengesahkan jenis metode teknologi garis gawang pada 2 Juli nanti. Ada dua pilihan, yakni antara Hawk-Eye yang sudah digunakan di tenis atau GoalRef (memberi sinyal radio kepada wasit).
Di sisi lain, musim baru Premier League biasanya dimulai pertengahan pertama Agustus. Padahal, untuk menginstall teknologi garis gawang di 20 stadion kontestan Premier League, dibutuhkan waktu minimal enam pekan. (dns/bas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KLB Solusi Damai Menuju PSSI Kuat
Redaktur : Tim Redaksi