Golkar Dinilai Hanya Buang Energi Jika Gaet Pramono Edhie

Minggu, 18 Mei 2014 – 16:38 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Dua kandidat kuat capres yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto diingatkan untuk tidak sembarangan dalam memilih cawapresnya. Salah memilih pasangan, Jokowi dan Prabowo bisa ditinggalkan pemilihnya.

Penilaian tersebut dikemukakan pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah yang juga pendiri Center for the Studi of Religion and Culture, Mohammad Nabil, Minggu (18/5), menanggapi perkembangan koalisi yang tengah dijalin capres dan partai pengusungnya.

BACA JUGA: Demokrat Kalah Pemilu, SBY Yakin Badai Pasti Berlalu

Menurut Nabil, baik Prabowo maupun Jokowi dan Megawati mesti memperhatikan figur cawapres, asal partai, elektabilitasnya, serta basis dukungan yang dimiliki. Jika hal tersebut diabaikan dan hanya karena kepentingan sesaat, akan merugikan pasangan bersangkutan dan juga pemilih.

"Saya melihat Prabowo tergesa-gesa jika putuskan Hatta Rajasa sebagai calon pendampingnya karena peluang berkoalisi dengan Golkar masih sangat terbuka," katanya.

BACA JUGA: Paling Lama 2 Hari Lagi SBY Putuskan Arah Koalisi PD

Lebih lanjut Nabil mengatakan, Golkar tidak perlu membuat poros baru bersama Demokrat atau Hanura. Alasannya, jika poros baru ini mengajukan capres Aburizal Bakrie (Ical) dan Pramono Edhie Wibowo, hal itu hanya menghabiskan energi, uang, dan kemungkinan sangat kecil untuk menang, sebab elektabilitas keduanya rendah.

"Golkar punya daya tawar tinggi sebagai partai pemenang pemilu kedua, dan punya stok figur untuk dimajukan sebagai cawapres, seperti Akbar Tandjung, Agung Laksono. Jadi lebih baik mengarahkan koalisi ke salah satu capres dan menempatkan figur sebagai cawapres, sedangkan ARB bisa jadi king maker seperti Megawati," kata Nabil.

BACA JUGA: Dorong Samad Cawapres Jokowi karena Lebih Baik dari JK

Direktur Riset Freedom Foundation ini mengatakan, dibanding PAN, Golkar punya bargaining tinggi. Begitu juga jika memutuskan berkoalisi denga Prabowo, maka daya tawar untuk posisi cawapres sangat rasional. Elektabilitas Prabowo dan figur Golkar sangat kuat ketimbang Prabowo dengan Hatta Rajasa.

"Jadi Prabowo juga tidak boleh gegabah, bisa merugikan pemilih Gerindra. Pilihan pada cawapres dari Golkar lebih meningkatkan elektabilitas untuk menang," kata Nabil. (fas/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebut JK Jadi Cawapres Jokowi Karena Kapasitas Pribadi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler