jpnn.com, JAKARTA - Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, menilai kesukaan masyarakat terhadap Soeharto dibanding presiden lain berdasarkan survei Indo Barometer sebagai hal yang wajar.
Dia juga menganggap Golkar mendapat keuntungan dari persepsi itu. Meski begitu, pria yang akrab disapa Kang Ace ini memastikan partainya tak mau berlebihan menggunakan isu keberhasilan Soeharto sebagai bahan kampanye.
BACA JUGA: Rahma Pindah ke NasDem, Golkar Merasa Dikhianati
"Isu keberhasilan Soeharto itu dirasakan oleh para pemilih yang memang hidup di era Orde Baru. Mereka yang merasakan situasi di mana Golkar waktu itu berkuasa. Dalam persepsi mereka pasti tak bisa dipisahkan dengan Partai Golkar. Namun tentu saat ini era-nya berbeda. Generasi milenial belum tentu memiliki persepsi seperti yang dialami sebelumnya," kata Kang Ace kepada JPNN.com, Minggu (23/2).
Ace menyadari persepsi masyarakat tidak bisa dihilangkan terkait Golkar dengan Soeharto. Menurut dia, Golkar merupakan partai politik utama pendukung Soeharto selama memimpin Indonesia. Bahkan Golkar sangat berperan dalam mempertahankan pemerintahan selama 32 tahun sebelum akhirnya lengser pada 1998.
BACA JUGA: Survei Indo Barometer: Soeharto Nomor Satu, Jokowi Kedua, Megawati Terakhir
"Menghilangkan keterkaitan antara Golkar dengan Soeharto amatlah sulit. Apalagi bagi masyarakat yang hidup di era Orde Baru. Pasti melekat dalam pikiran mereka bahwa Golkar, ya, Presiden Soeharto dengan ideologi kekaryaannya," kata Ace.
Meski demikian, politikus asal Jawa Barat ini mengingatkan bahwa Indonesia saat ini mengalami transformasi di berbagai bidang. Memasuki industri 4.0, kata Ace, partai yang dipimpin oleh Airlangga Hartarto ini mengedepankan isu kesejahteraan yang lebih konteksual dengan era kekinian sebagai bentuk adaptasi terhadap dinamika nasional maupun internasional.
BACA JUGA: Komisi V DPR Wacanakan Pembatasan Ruang Gerak Sepeda Motor di Jalan Raya
Wakil Ketua Komisi VIII DPR itu melanjutkan bahwa generasi milenial saat ini merupakan segmen terbesar dalam pemilih Indonesia. Sementara mengangkat isu Soeharto belum tentu memiliki efek elektoral.
"Isu keberhasilan Soeharto dalam pemilu yang lalu direbut dan dimaksimalkan oleh Partai Berkarya, namun tak mampu mengangkat elektabilitas partai besutan keluarga Cendana itu," jelas Ace.
Seperti diketahui, Lembaga Survei Indo Barometer merilis bahwa Presiden Kedua RI Soeharto merupakan kepala negara yang paling disukai masyarakat berdasarkan hasil riset. Soeharto menjadi presiden paling disukai (23,8 persen), disusul Jokowi (23,4 persen), Soekarno (23,3 persen), Susilo Bambang Yudhoyono (14,4 persen), BJ Habibie (8,3 persen), Gus Dur (5,5 persen) dan terakhir Megawati Soekarnoputri (1,2 persen).
Soeharto disukai karena dikenal dengan beberapa keberhasilan di sejumlah sektor publik. Di antaranya bidang pendidikan seperti membangun SD Inpres dan bidang kesehatan membangun puskesmas serta membangun perumahan rakyat di seluruh Indonesia. Selain itu, Soeharto juga dianggap mampu menjaga stabilitas harga pangan.
Soeharto juga dianggap berjasa membangun infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan lain-lain. Namun kelemahan Soeharto adalah minimnya demokrasi alias cenderung otoriter. (tan/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga