Jumlah ini mengalahkan perolehan suara pemenang pilgub putaran pertama, Jokowi-Ahok yang memperoleh 1.847.157 suara.
Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR) menilai tingginya angka golput disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya, sosialisasi yang kurang dari KPU Provinsi DKI Jakarta selaku penyelenggara pemilu.
"KPU DKI kurang memaksimalkan sosialisasi visi, misi dan program dari pasangan calon sehingga tingkat pengetahuan masyarakat pemilih kurang dalam mempertimbangkan visi, misi dan program tersebut saat hendak mencoblos dan lantas malas ke TPS," kata Manajer Pemantauan JPPR, Masykurudin Hafidz lewat keterangan pers di Jakarta, Kamis (19/7).
Kedua, KPU DKI tidak mencetak visi, misi dan program pasangan calon dalam satu buku atau booklet secara khusus dan membagikan sebanyak-banyaknya ke masyarakat pemilih Jakarta. Padahal, ujar Masykurudin, Pasal 15 dalam Peraturan KPU Nomor 14 Tahun 2010 mengatur soal hal tersebut.
"Dalam rangka pendidikan politik, dapat memfasilitasi penyebarluasan materi kampanye dan sosialisasi kampanye yang meliputi visi, misi, dan pasangan calon," ujar Masykurudin mengurai isi pasal.
Sebab ketiga, kampanye tim pasangan calon khususnya kampanye terbuka, lebih ditujukan sebagai ajang pamer dukungan masyarakat. Kampanye dengan cara unjuk kekuatan dukungan dengan penggalangan massa seperti ini justru kontraproduktif dan membuat masyarakat tidak simpatik.
Penyebab lainnya, pemasangan alat peraga kampanye oleh tim pasangan calon yang sembarangan dan tidak mengindahkan aspek estetika lingkungan Jakarta. Cara kampanye dan penempatan alat peraga kampanye tersebut tidak membuat masyarakat paham akan visi, misi dan program dari pasangan calon yang digagasnya.
"Tetapi justru sebaliknya, membuat masyarakat pemilih semakin malas dan apatis untuk datang mencoblos ke TPS," pungkas Masykurudin. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Prabowo Capres Tinggal Tunggu Deklarasi
Redaktur : Tim Redaksi