Melbourne kembali mengalami 'lockdown' kedua kalinya, sejak hari Kamis (8/07), yang menyebabkan banyak bisnis kembali menghadapi kenyataan tidak menentu.

ABC Indonesia menghubungi lima orang asal Indonesia yang sekarang memiliki bisnis atau terlibat dalam kegiatan bisnis, untuk mengetahui keadaan mereka dan langkah apa yang akan mereka lakukan saat aturan pembatasan kembali diperketat.

BACA JUGA: Cari Pasien Pertama COVID-19, WHO Kirim Tim ke Tiongkok

Paulus Tedjalaksana adalah pemilik restoran Ny Ratna Kitchen yang berdiri sejak tahun 2016, sekarang sudah memiliki dua restoran di kawasan Ashwood dan Highet.

"Menurut saya lockdown kedua ini akan sangat parah buat perekonomian Victoria mengingat enam minggu adalah waktu yang cukup lama," kata Paulus kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya, kemarin (9/07).

BACA JUGA: Tiongkok Makin Brutal, Australia Beri Kemudahan Bagi Warga Hong Kong Jadi Penduduk Tetap

Paulus mengatakan dia bisa menerima keputusan pemerintah Victoria untuk menutup seluruh kawasan Metropolitan Melbourne karena meningkatnya kasus, walau dia tidak menduga hal tersebut akan dilakukan. Photo: Metropolitan Melbourne and the Mitchell Shire will be subject to stage-three lockdown restrictions from July 9. (ABC News: Jarrod Fankhauser)

 

BACA JUGA: India Sudah Larang TikTok, Amerika dan Australia Masih Berencana, Bagaimana Indonesia?

"Minggu lalu saya pikir dengan lockdown 10 kode pos sudah akan menyelesaikan masalah," katanya lagi.

"Ini keputusan cukup mendadak tapi saya pikir ini memang keputusan yang harus dilakukan supaya kita bisa selesaikan pandemi ini.

Menurutnya, walaupun kawasan-kawasan tertentu tidak lagi mencatat kasus penularan virus corona, tapi bisa saja dalam beberapa hari ke depan akan ada kasus baru.

"Jadi dengan menutup seluruh Melbourne saya kira sudah tepat," kata Paulus lagi yang baru pindah ke Australia di tahun 2012.

Dalam beberapa pekan terakhir, pemerintah Victoria sebenarnya sudah mulai melonggarkan aturan untuk pembukaan restoran dimana pelanggan boleh makan di dalam restoran. Kabar warga Indonesia di Victoria
Ada banyak warga Indonesia yang tinggal di kawasan 'hostpot' penularan virus corona di Australia.

 

Menurut Paulus, restorannya sudah menerima beberapa pemesanan yang sekarang semuanya harus dibatalkan.

"Kita di akhir pekan ini sebenarnya sudah ada dua grup yang pesan, dan juga banyak pesanan untuk acara dan gereja yang juga akhirnya batal," tambahnya.

Sekarang dengan masa tidak menentu di tengah 'lockdown kedua', Paulus mengatakan akan lebih banyak mengkonsentrasikan bisnisnya ke makanan pesan antar.

"Rencana ke depan kami akan memperbanyak driver untuk antar pesanan makanan," katanya.

"Langkah lainnya kami juga akan memproduksi makanan dalam bentuk vaccum pack sehingga bisa disimpan dalam waktu yang lebih lama."

"Dengan makan di tempat tidak diizinkan sehingga kami harus benar-benar tergantung pada penjualan secara take away dan delivery," kata Paulus. Perjalanan menurun, kecelakaan berkurang Photo: Ella Patterson dan suaminya Craig memiliki bisnis perbaikan mobil sejak tahun 2018 di Melbourne. (Foto: Supplied)

 

Ella Patterson yang berasal dari Jakarta bersama suaminya, Craig sekarang memiliki bisnis bernama 'Unique Collision', bengkel mobil untuk perbaikan mobil yang mengalami kecelakaan.

Dalam keterangan kepada ABC, Craig mengatakan dengan adanya 'lockdown' kedua dia masih berharap bisnisnya akan bisa melewati masa-masa sulit.

"Bisnis kami independen, dan tidak mengandalkan pada rujukan dari perusahaan asuransi untuk memperbaiki mobil yang mengalami masalah," katanya.

Menurutnya, bisnis yang mengandalkan rujukan dari asuransi menurun sebanyak 50 persen selama masa pandemi, akibatnya keuntungan mereka juga menjadi terbatas.

"Pelanggan kami berasal dari kalangan yang lebih luas sehingga saya yakin kami bisa bertahan," kata Craig.

Ella sendiri mengatakan sempat khawatir mengenai bisnisnya selama pandemi virus corona dan sekarang kembali harus menghadapi 'lockdown' kedua.

"Mudah-mudahan tidak menurun. Karena memang selama lockdown mobil yang berada di jalan akan berkurang, sehingga kecelakan juga berkurang," katanya sambil mengatakan bukan berarti ia berharap orang mengalami kecelakaan lalu lintas.

Kekhawatiran Ella disebabkan karena bisnis mereka memiliki tujuh karyawan, lima orang di bengkel dan dua orang di kantor.

"Ya jujur saya agak khawatir karena kita punya beberapa karyawan,' kata Ella yang sudah menjalani bisnis bengkel sejak tahun 2018..

"Kalau sampai tidak ada mobil yang harus diperbaiki, kan kita tetap harus membayar gaji karyawan.

"Tapi untung sejauh ini kita bisa bertahan, kerjaan ada saja." kata Ella Patterson. Cerita dari penghuni rusun di Melborne yang mengalami 'lockdown' ketat Dari sumber penularan baru virus corona di Melbourne? Australia pertimbangkan jumlah kedatangan internasional Properti mengalami kelesuan Photo: Properti di Melbourne banyak yang tersedia untuk disewakan, tapi yang hendak menyewa sedikit. (ABC News: Michael Barnett)

 

ABC Indonesia juga menghubungi mereka yang bergerak di bidang bisnis properti dan kredit perumahan dari bank.

Gus Kosasih adalah direktur perusahaan properti iProperty Melbourne.

Dia mengatakan bisnisnya sejauh ini turun 30 persen dari sebelum pandemi virus corona.

"Properti yang mau disewakan saat ini banyak sementara yang mau menyewa menurun dan penjualan properti juga menurun," kata Gus Kosasih yang sudah memiliki usaha sendiri tersebut selama delapan tahun terakhir.

Bisnisnya banyak melakukan penjualan di pusat kota Melbourne dan dia memiliki dua orang staf.

"Sejauh ini kami masih bekerja. Sebelum pandemi, kami bisa menjual antara satu sampai tiga properti selama sebulan.

"Sekarang selama tiga bulan terakhir, kami hanya menjual satu properti. Bulan ini mungkin 1-2 properti," katanya lagi. Baca juga artikel terkait: Angka kematian di Indonesia sudah lebih dari 10 ribu jika dihitung berdasarkan pedoman WHO Pemerintah Indonesia dianggap menggunakan pendekatan militeristik dalam menangani virus corona Alasan tingginya kematian tenaga kesehatan di Indonesia di tengah pandemi virus corona

 

Walau bisnis menurun, Gus Kosasih mengatakan mengerti dengan keputusan pemerintah negara bagian Victoria.

"Saya setuju dengan keputusan pemerintah, meski itu bukan keputusan mudah yang dibuat.

"Keselamatan dan kesejahteraan warga selalu merupakan hal yang penting," kata pria asal Medan tersebut.

Sementara itu Jenny B yang bekerja sebagai 'mortgage broker', atau perantara untuk mendapatkan pinjaman bank untuk membeli properti, mengatakan bahwa bisnisnya tidak begitu terganggu.

"Saya bekerja sendiri dan kerja dari rumah, sementara ini bisnis saya berjalan baik," katanya.

Jenny mengatakan situasi sekarang memang harus dijalani, namun dia yakin nantinya pasar properti akan kembali lagi.

"Ini akan semakin memburuk namun nantinya akan kembali membaik lagi. Saya sendiri sudah memiliki klien sebelumnya yang terus menjadi bagian dari bisnis saya," katanya. Restoran batal mempekerjakan pegawai baru Photo: Victor Lalamentik sekarang tidak bisa kerja akhir pekan di restoran Nelayan. (Foto: Supplied)

 

Seorang warga asal Indonesia lainnya di Melbourne, Victor Lalamentik terkena dampak langsung dari keputusan mendadak 'lockdown', karena semula ia sudah diterima untuk bekerja di akhir pekan di restoran Indonesia 'Nelayan' di pusat kota Melbourne

"Rencananya saya akan kerja part-time Sabtu Minggu di sana, sekarang mereka bilang tidak jadi karena pelanggan akan sepi karena tidak boleh makan di sana," kata Viktor.

Dengan lokasi di pusat keramaian di pusat kota Melbourne, restoran seperti Nelayan mengandalkan pada mereka yang berkegiatan di kota yang sebagian besar adalah mahasiswa dan turis.

Karena 'lockdown', restoran sekarang tidak lagi diperbolehkan menerima pelanggan makan di tempat selama enam pekan ke depan.

"Saya baru diberitahu bahwa saya tidak akan kerja, karena keadaan sekarang akan sepi lagi … kebanyakan pelanggan mereka adalah mahasiswa," kata Victor yang baru setahunan berada di Australia. Tiga tahapan pelonggaran di Australia
Pelonggaran aturan pembatasan pergerakan aktivitas di Australia akan dilakukan secara bertahap.

 

Namun Victor masih bersyukur bahwa dia masih memiliki pekerjaan di sebuah toko daging.

"Saya dari Senin sampai Jumat kerja di butcher Diamond Valley Pork," tambahnya.

"Cuma karena saya suka masak dan punya waktu juga, saya melamar juga untuk kerja di sana selama akhir pekan," ujarnya.

Toko daging termasuk kebutuhan pokok yang masih diperbolehkan berjualan sesuai peraturan Tahap Ketiga di Melbourne.

Karenanya Victor merasa bisnis ini masih dapat berjalan dengan baik.

Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia

BACA ARTIKEL LAINNYA... Indonesia Tetapkan Tarif Tertinggi Rapid Test, Tetapi Seberapa Penting Tes Ini?

Berita Terkait